KORELATIF
Bayangan hitam telah memanjang di
ufuk. Lingkaran putih telah bersedia menjalani rutinitas malamnya. Napas dewa
angin seakan tersesat di lorong apartemen.
Sunyi... Itulah yang tergambar saat ini. Tergambar
akan 20 tahun silam. Lenyap akan
kesunyian, tidak pernah tersentuh kesedihan, dan haram akan permusuhan.
Canda, dimana canda itu ? tawa, dimana
tawa itu ? caci dan maki, dimana semua itu? Kemana semua kecerian yang kami
buat dulu? kemana senyuman konyol yang tak akan berhenti menyeringai?
kemana lelucon yang terdengar
menyakitkan? Kemana semua itu? Semua penghilang lelah, semua kompas kehidupan,
semua motivator kehidupan, semuanya ada disana. Kemana itu semua ? Semua seakan
lenyap tertiup lemah terbawa napas.
“Apa kabar teman ?”
“ Dimana kalian semua ?”
Mungkin itulah yang ada dibenak Rio
saat ini. Memang kedengarannya konyol, tapi itulah realita sekarang. Rio Isman adalah
seorang Doktor muda dengan sederet prestasi telah menyadikannya seorang executive muda dengan sederet aktivitas
melelahkan Kewajiban aktivitas
yang menuntutnya profesional. Akitivitas yang menjadikannya orang terpandang.
Aktivitas yang membuatnya tinggal menunjuk jari untuk mendapatkan semua
keningianan. termasuk aktivitas yang membuatnya muak.
Muak ?? Siapa yang menyangka jejeran
prestasi dan timbunan harta membuat seorang Rio Isman muak. Dia bosan dengan
kesibukannya. Bosan dengan hari-harinya yang begitu saja. Dia butuh istirahat.
Dia butuh keceriaan. Dia butuh semangat baru. Terpenting, dia butuh teman.
Teman sekaligus keluarga kecilnya sejak dibangku SMA. Teman yang menjadikannya
seorang adik serta kakak yang hebat. Dia butuh canda mereka, butuh untuk menghilangkan
kejenuhan selama 8 tahun bergelut dengan aktivitas monolog.
Tidak peduli berapa biaya yang harus
dikeluarkan. Tidak peduli apa mereka masih teringat dengannya atau tidak. Dia
hanya ingin membantu secara ekonomi bagi yang kekurangan, minimal memastikan keluarga kecilnya dapat
hidup berkucukupan.
“ Aku harus mengambil libur kerja
sekarang.”benak rio.
“ Untuk sahabatku, aku akan
mencarimu. Pasti! ” Teriaknya sambil tengadah kelangit, berharap janji tadi
tercetak di gelapnya.
=00=
Aku
Egyd Tradiga, seorang penegak HAM. Seorang yang sederhana tapi berkeinginan
kuat. Aku adalah PNS yang spesial, sebagai PNS di kementrian BUMN adalah
pekerjaan sampinganku. Pekerjaan sebenarnya adalah seorang konsultan
masyarakat, seorang pembimbing pejabat-pejabat tinggi negeri. Seorang konsultan
masyarakat yang juga menyelesaikan gelar psikologi. Jadi cukuplah menarik akan
pendidikanku.
Sejak
kecil aku telah mengabdi kepada masyaakat. Berusaha dengan penuh jiwa raga
untuk mereka. Sejak kecil sudah terlintas dibenakku untuk membangun Rumah sakit
dengan biaya gratis. Sejak kecil sudah tertuang kedalam pikiranku untuk
membangun panti asuhan dan panti jompo, karena sebenarnya bukanlah keinginan
mereka untuk di panti.
Semua
terlihat mudah bagiku, dengan gaji yang hanya diambil 10% tiap bulan. Aku
menjadi donatur tetap di sebuah rumah sakit, panti asuhan dan panti jompo
dengan dana 90% dari gaji yang aku terima. Hingga suatu ketika aku mendapat
penghargaan dari negara dan membuat gajiku berlipat 10x lipat. Inilah yang
membuatku dapat membangun rumah sakit hanya dalam 5 tahun. Menyumbangkan
pikiran dan tenaga pada bidang ini. Di tahun berikutnya, satu rumah sakit aku
dirikan lagi. Disusul satu panti asuhan dan panti jompo.
Semua
terasa sangat indah ketika mimpimu tercapai, semua indah pada waktunya ketika
apa tujuan hidupmu tercapai. Apalagi sebuah mimpi seperti aku ini, Firdauslah
yang sangat sesuai dengan perbuatanku. “ Hingga
kejadian diluar dugaan itu terjadi”.
=00=
Jakarta
2032
Sepuluh. Angka yang sempurna dalam
sebuah pemberian nilai. Angka yang menjadi simbol kesuksesan pelajar. Angka
yang menunjukan jumlah saudara yang harus dia cari sekarang. Jumlah yang tidak
sedikit untuk mencari kesepuluh saudaranya di seluruh penjuru dunia, tapi nilai
sepuluh akan tertanam pada dirinya ketika sebuah dapat terwujud. Angka
Sepuluhlah yang akan menariknya dari depan bahkan berusaha sebisa mungkin
mendorong dari belakang.
Dari kesepuluh orang yang Rio cari,
hanya satu yang dia ketahui keberadaannya. Dia adalah Catur Akbar Tanjung,
seorang Menteri Keungan Indonesia. Menteri termuda yang pernah dimiliki bangsa
Indonesia, menteri tersukses yang pernah membangun bangsa. Menteri dengan
segudang visi. Menteri yang merubah pandangan masyarakat akan sebuah nilai
uang. Menteri yang pertama yang mampu menurunkan tingkat inflasi menjadi 1%.
Menteri keuangan yang merupakan pelopor kaum muda. Menteri yang mampu
menyatukan antara kemajuan dan kebudayaan berjalan lurus tanpa timpang tindih.
Penghargaan tertinggi yang dapat dia rasakan tapi tidak bisa dia terima adalah
menjadikan negara Indonesia ada dimata dunia. Menjadikan Indonesia serigala
dunia. Penghargaan yang hanya dapat dibayar dengan hati. Hati dan kasih sayang
bangsa Indonesia.
=00=
Jakarta 2032
Facebook. Yah facebook dan twitter mungkin bisa dijadikan sebagai cara pertama mencari mereka.
Lekas dia ambil notebooknya dan
sesegera mungkin login pada jejaring sosial yang membludak di era 2000an
tersebut. Zaman sekarang jangankan membludak, anak-anak jaman sekarang mungkin aneh mendengar dua kata tersebut.
Yah, jaman telah berotasi dengan derasnya. Kemajuan teknologi telah menghapus
semua kebiasaan modern yang dianggap jadul
sekarang ini. Bersegera Rio mengingat password
yang telah 5 tahun tidak dia gunakan tersebut. Untung saja password Facebook dan twitter
tersebut sama, jadi tidak perlu mengingat 2kali.
“ Yah, akhirnya bisa login” katanya.
Dicarinya kesembilan temannya di jejaring sosial tersebut, tapi
nihil. Update status dan twit terakhir dilakukan pada 10 tahun
silam. Parahnya lagi tidak ada informasi yang dapat menunjukan keberadaan
mereka sekarang.
Subuh pun telah menghampiri, tapi
tidak ada informasi yang dia dapat dari jejaring sosial. Kolom telepon yang
mereka isi dulu tidak satupun yang masih aktif. Terlintas baginya untuk mencari
melalui aplikasi search engine
terbaru yaitu www.TLS.ngunang.search.com yaitu
sebuah layanan untuk mencari data semua orang di seluruh dunia. Pencarian data
dengan hanya memasukan nama yang ingin dicari. Dimasukkan olehnya nama Tulus
Angkuh Miharja. Dibacanya informasi satupersatu yang beranama tulus angkuh
miharja.
“Came
on. Where are you ?” Gumammnya dalam hati.
Alangkah terkejutnya Rio saat
mengetahui bahwa Tulus yang dia cari adalah seorang intelek muda yang mendunia.
Seorang yang kini tinggal di Inggris tepatnya di Marseide tersebut ternyata
adalah penemu di berbagai bidang ICT salah satunya aplikasi search
engine yang dia gunakan sekarang. TLS sendiri merupakan singkatan dari
namanya sendiri “TULUS”. Kata ngunang pun berasal dari kota. kelahirannya “ngunang”. Dicatatnya nomor
telepon dan alamat rumahnya. Dengan segera dia memesan tiket penerbangan menuju
Inggris untuk esok.
“ Tunggu boy, aku kesana”.ungkapnya.
Sekarang giliran Dony Primajaya,
dimasukannya nama itu dan betapa terkejutnya ketika dony yang muncul paling
awal sekali adalah Dony yang dia cari. Dony yang kecil dan mudah terprovokasi.
Sekarang adalah dony yang menjadi asa hidup para lansia. Yah, Dony Primajaya
adalah seorang dokter yang berdomisili di daratan afrika akan kewajiban
tugasnya. Dony yang merupakan penemu vaksin DNPJ, vaksin yang sangat berguna
melawan virus yang melanda para Lansia di daratan afrika. Virus yang hanya
hitungan menit merenggut nyawa.
Dengan cepat dia mencatat nomor telpon dan letak posisinya melalui search engine tadi. Dengan memasukkan nomor telepon tadi,
dia mengetahui secara detil dimana Dony sekarang. Bahkan apa yang dia lakukan
sekarang dapat diketahui dengan aplikasi ini.
=0=
Sayang dan sangat disayangkan,
aplikasi hebat dan berkualitas internasional hasil mahakarya salah seorang
putra dari pelosok negeri ini tidak dapat digunakan di seluruh tempat. masalah
jaringan merupakan salah satu faktor penghambat penggunaan aplikasi ini, mungkin
karena biaya penggunaan yang mencapai selangit. Tidak heran jika semua negara
sudah menggunakan ini. Tidak demikian di Indonesia, hanya Jakarta yang mampu
membangun sistem aplikasi ini.
Sekarang tinggal tujuh saudara saya
yang belum diketahui keberadaannya.
“ Aku mau cari Wistra Galih, dimana
dia sekarang”.Tanyanya sendiri.
Dicari nama Wistra Galih, diselidiki
satu persatu nama-nama tersebut. Ada sekitar 10.000an nama yang menggunakan
kata Wistra Galih. Tapi belum ketemu sesuai apa yang dia inginkan, sementara
waktu sudah menunjukan jam 7 pagi dan penerbangannya menuju Inggris akan
mengudara jam pagi. Tersisa 3 jam untuk dapat mempersiapkan semuanya. Rasa
kantuk, capek, dan mata lelah semalaman dari sore sampai pagi tidak
menghilangkan semangatnya mencari para sahabat kecil.
Segera dia pergi ke dapur mencari makanan. Dibukanya lemari es, diminumnya susu
segelas dan sebungkus roti isi. Langsung dia menuju kamar mandi dan menyiapkan
seluruh peralatan selama perjalanan.
Semua persiapan sudah beres, kini
tinggal masukin nih tablet ke dalam
tas. Betapa terkejutnya Rio saat melihat komputer tipisnya itu. Termpampang
jelas nama Wistra Galih, lengkap dengan foto dan data dirinya. Dia yakin sekali
ini adalah sahabatnya dulu. Sahabat yang menjadikan kosannya sebagai markas besar sekaligus tempat pertemuan semasa
SMA.
=00=
Indonesia.
2016
Galih. Sebutan akrabnya. Mahasiswa
lulusan terbaik teknik mesin di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia
ini kini sudah di Jepang. Dia memlih pindah ke jepang setelah 2 tahun lulus di
perguruan tinggi. Sebenarnya berat untuk memutuskan pilihan itu, tapi tidak ada
pilihan lain. Terobosan gemilangnya tidak diterima di Indonesia. Setelah lelah
2 tahun tidak ada perusahaan yang mau menerima ide gilanya. Akhinya dia
mengirimkan penemuannya ke Jepang. Tidak butuh waktu lama, dalam dua minggu
galih sudah dipanggil ke Jepang. Semua biaya perjalanan di tanggung mereka,
termasuk uang saku.
Ide gila tidak berarti gila. Ide
adalah sebuah pemikiran untuk memberikan sesuatu terobosan baru. Ide adalah
cara membuat suatu pandangan menjadi tujuan. Bukanlah sesuatu yang mustahil 20
tahun yang lalu ketika seorang remaja melakukan penelitian membuat sebuah mesin
dengan bahan bakar air hujan. Sebuah mesin dengan emisi gas mendekati 0%.
Sebuah mesin dengan kecepatan tinggi. Sebuah besin yang dapat digerakan tanpa
di sentuh. Sebuah mesin dengan kemudi mata. Semua rencana dan referensi yang
telah disiapkan, sekan sia-sia tatkala waktu dua tahun tak satupun perusahaan
ingin memberikan sumbangsi dana. Memang bukan perkara mudah memberikan dana
penelitian tersebut.
Tidak selalu
yang tersembunyi tidak terlihat. Tahu dimana sudut pandang terbaik, di situ
terlihat jelas.
Orang awam melihat hal tersebut
dengan pandangan yang meremehkan, menganggap itu tidak akan terjadi. Mana
mungkin bisa membuat mesin dengan kecepatan tinggi dengan air hujan. Yang lebih
gila lagi dapat menggerakannya dengan mata. Memang tidak dapat disalahkan,
pemikiran mereka terbatas. Pendidikannya pun alakadar. Yang mereka tahu bukanlah bagaimana cara membuat suatu, tapi
bagaimana cara membeli suatu barang. Prinsip umum yang mendarah daging.
Adalah sebuah hal realistis jika
dilihat dengan pandangan berbeda. Sudut dimana semua Nampak jelas akan hal itu.
Sebuah mesin dapat digerakan dengan
menggunakan energy kalor “panas” yang
dihasilkan bahan bakar. Berarti bukan tidak mungkin jika “dingin” juga bisa
menggerakkan. Sesungguhnya panas dan dingin adalah “sama”. Ketika suhu air 100˚C kita bisa asumsikan temperature lebih tinggi
jika dibandingkan dengan air biasa dengan suhu 32˚C. Begitu juga sebaliknya,
air biasa dengan suhu 32˚C bisa juga diasumsikan temperaturnya lebih tinggi
dari air es yang temperaturenya kurang dari 20˚C. Kita bisa menarik kesimpulan
bahwa air biasa(termasuk air hujan) bisa menghasilkan panas. Semua dapat
dilakukan ketika sebuah mesin mempunyai temperature yang sangat rendah dibawah
0˚C. Tentu saja hal ini perlu penelitian lebih ranjut.
Berikutnya bagaimana menggerakkan mesin hanya dengan penglihatan. Mungkin terdengar
cukup aneh. Menggerakan sesuatu dengan penglihatan biasanya dapat kita jumpai
pada acara sulap dimana itu semua adalah magic
yang sudah dilatih, atau malah sampai berpikiran ini dapat dilakukan dengan
bantuan makhluk lain. Banyak orang yang beranggapan seperti itu. Beranggapan
sesuatu tidak real. Nyata atau tidak
nyata harus kita coba lihat dari beragam sisi. Harus sering berganti jenis
kacamata dari beragam sudut pandang. dimana kesimpulan ditemukan di celah
bagian.
Allah menciptkan manusia dengan sempurna,
salah-satunya diberi penglihatan. Penglihatan identik dengan mata. Sebuah bola
kecil dengan berjuta manfaat yang terdiri dari ribuan sel saraf dan ratusan
bagian penyusun.
Iris dan retina. Bagian mata yang dimiliki
seseorang tidak akan sama dengan iris dan retina orang lain. Pada iris dan
retina mempunyai keunikan sendiri pada tiap individu, sama halnya dengan sidik
jari. Anak kembar sekalipun tidak akan memiliki sidik jari yang sama. Nah,
sistem kendali mesin dengan mata dapat dilakukan dengan sifat dan iris ini.
Dimana mesin akan mengikuti arah bintik kuning dari retina, bahkan akan
meningkatkan atau menurunkan daya kerja mesin dengan memipihkan atau melebarkan
dari pada iris.
Tentu bukanlah penelitian mudah. Bukan pula
peneltian yang memerlukan waktu singkat. Sebuah penelitian yang akan menghabiskan
dana berlimpah.Tidaklah
cukup 1-2 miliar penelitian tersebut. Apalagi dengan hasil yang belum pasti, perusahaan tidak dapat
membantu banyak. Biaya tinggi dengan resiko berlipat dapat merugikan
perusahaan. Namun jika penelitian tersebut berhasil, bukan hanya berlipat ganda
melainkan berpangkat ganda.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia
lebih memikirkan spekulasi kerugian dari pada mengusahakan sebuah keuntungan.
Semuanya ingin serba cepat, terutama cepat kaya. Wajar saja Indonesia
didaulatkan sebagai negara nomor 1 dengan potensi korupsi terbesar di dunia.
Alasan itulah membuat Galih lebih memlih Jepang untuk
berkarir. Membela nama Jepang dikancah mekanika internasional.
Bagaimana nasib Indonesia? Mereka kaum enghina hanya terdiam
terdunduk telah menjual tombak negara. Sebuah tombak bermata berlian yang kuat
serta berkilau.
Kepercayaan yang tinggi diberikan
Jepang kepada galih ternyata tidak sia-sia. Hanya butuh waktu dua tahun untuk
menyelesaikan terobosan tersebut. Terobosan dengan tingkat kemajuan tinggi dan
kerusakan alam yang hampir tidak ada. Semua terlihat sempurna.
Atas
penemuan itulah, dia kini memimpin perusahaan di Jepang. Hasil mahakaryanya
diproduksi besar besaran diseluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebuah
mesin yang dapat dikembangkan pada mobil, motor, bahkan pabrik dalam skala
besar pun dapat dilakukan.
=0=
Aku hampir lupa mencatat alamat rumah Galih di Jepang. Alamat
perusahaannya. Pekerjaannya. Tak lupa menyimpan kontak telepon adalah hal yang
paling penting.
Aku pun memasukan 6 nama teman yang
lain pada WWW.TLS.ngunang.com ini, tapi hasilnya sepertinya nihil. Mungkin karena
aplikasi ini yang terbilang masih baru, jadi ke6 temanku belum mengisi data
dirinya pada apikasi ini. Bisa juga orang yang kita cari berada di daerah yang
tidak bisa membangun teknologi terbaru ini, faktor dana adalah penyebabnya.
Yah cukup.
Mungkin setelah aku menemui Tulus, dia tahu dimana mereka berada. Segera aku
mengakhiri pencarian melalui internet. Kumasukkan tablet ke dalam ransel. Bersiap menuju Inggris.
Waktu menunjukan pukul 8 pagi, segera
Rio menghampiri istri dan anak-anaknya di halaman.
“ Ayah mau ke Inggris Bun. Mungkin
minggu depan baru pulang”
“Ayah mau ngapain kesana, kakak titip
baju bola yah.” Potong buah hati Rio.
“Ayah mau menemui teman ayah sewaktu
SMA nak. Nanti Ayah ajak kesini, kamu pasti enggak berenti ketawa ketemu
mereka.”
“ Iya Ayah, hati-hati yah disana.
Jangan keluyuran. Nanti keenakan dengan cewek lain yah disana.” Istrinya usil.
“Ah, Bunda. Kayak baru kenal Ayah
sekarang. kita kan sudah sejak SMA saling kenal”.
“ Huuuss, gombalnya. Ayo, ntar pesawatnya keburu berangkat.”
=00=
Blue bird tiba
ditujuan, semilir
angin menghampiri seraya membuka pintu. Seakan terpampang ribuan spanduk, “Ayo
Rio, cepat”, “Rio. Sahabatmu ada pada mu”, “ Ayo boy, lari!”. Semua berorasi,
berteriak, memangil seta melecut diri memenuhi cerebrum.
Riuh menggelegar persinggahan burung
bermesin. Hilir mudik
penumpang bergantian terbang dan turun. Senyum manis bermunculan. Menghapus
lelah berjam-jam menunggu akan sanak keluarganya yang baru tiba. Sementara aku,
apakah saudaraku akan menunggu di sana? Apakah aku akan bertemu Tulus di
Elisabeth sana? Atau paling tidak, masih ingatkah dia denganku? Segera aku mencari nomor Tulus. Tanpa ragu, aku
pencet tombol hijau.
Tuuuuut, tuuuut, tuuuut. Langsung
suara perempuan dibalik sana berkali-kali mengatakan nomor yang anda tuju
sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan. Puluhan kali ku coba, tetap
jawaban itu yang saya terima, bahkan persis.
“Mungkin Tulus sedang rapat, atau
mungkin juga HP nya ketinggalan dirumah”. Ujarku dengan penuh Tanya.
Tanpa berburuk sangka, sebuah pesan
singkat saya kirimkan. Dengan harapan, dia bisa membalasanya atau paling tidak
mengetahui kalau saya akan menemuinya.
Send. Itulah kata terakhir yang terbaca dari HP
ku. Dengan cepat bayangan ketakutan menghampiri. Bagaimana kalau itu bukan
Tulus? bagaimana kalau aku tidak menemukan Tulus? Bagaimana jika Tulus tidak
mau menemuiku? Tidak tidak, dia
sahabatku. Mana mungkin dia tidak mau menemuiku.
Sunyi dalam keramaian. Kata-kata itulah yang
dapat merangkup semua suasana saat ini. Penerbangan kurang dari 20 menit lagi,
tapi hati ini gundah. Galau akan pilihan ini, apakah sudah tepat atau belum.
Dengan berat langkah, aku angkatkan kaki menuju pesawat.
“Tolong kasih jalan”. Teriak seorang
polisi. Lima polisi berlarian, memastikan keadaan aman. Sementara, empat orang
pria berwajah garang menghampiri dan memaksaku untuk membiarkannya membuat
jalan untuk seseorang. Sepertinya orang penting.
“ Siapa dia ?” Tanyaku pada seorang
pengawal berwajah garang tadi.
“Dia menteri keuangan,mau terbang ke
singapur?”
“Catur Akbar tanjung?” Tanyaku
penasaran
“Iya, mau membuka rapat tahunan para
menteri keuangan asean.”
Catur, satu dari sepuluh teman lamaku
kini ada dihadapanku. Pemuda ini dipercaya untu memimpin pertemuan AFMM di
Singapura. Karismanya yang membludak merupakan faktor kepecayaan atas
kepemimpinan ini.
Kurang dari lima langkah catur akan
melewatiku.
“ Catur! Aku rio, Rio Isman”
Bak kilat, 2 pengawal dan 3 polisi
meringkus dan mengamankanku.
“Berani sekali kamu memanggil Bapak
menteri dengan sebutan nama!” kata salah seorang pengawal.
Belum sempat aku menjawab, sosok
berwiba menghampiri. Cerdas dan berwawasan dunia terlukis dari wajahnya.
Cengkeraman melingkari tubuh ini pun mulai perlahan terlepas. Bukan terpesona
akan auranya, bukan terperangah akan sergapan mereka , tapi
kebingungan akan dirinyalah yang membuatku mati kutu. Setelah 15 tahun
berpisah. Baru kali ini dapat bertemu langsung dengannya. Teman terbaikku,
Catur. Kini berdiri sejengkal dari muka.
“
Namek kabar coh?”Tanya catur
seraya memeluk.
“Alhamdulillah sehat coh.
Sukses cak e tu ?” Aku kencangkan
pelukan itu.
Sambil menyeka air mata.“Maaf
coh, aku dak pacak lame. Aku nak pegi, agekku ketempat nga be. Berape nomor nga
?”
Langsung aku lepaskan pelukan itu.
Pelukan erat seorang sahabat. Sambil mengeluarkan HP, aku sebutkan nomor
teleponku. Begitu juga dengan nomor teleponnya, dengat cermat tersimpan di HP
tersayang ini.
“Dak
ape-ape coh, tertiku. Aku nak dalam
waktu parak ikak, kite besebelas pacak bekumpul. Entah itu dimane. Aku indu
dengan kamu co. Ikak aku nak ke Inggris, nak nemui Tulus.”
“Ai
coh, aku amanku dak suek gawean be akulah milu kamu.”
“Dem
mudalah itu. Gisok ape luse aman dem pertemuan di singapur, nga susul be di
Inggris. Agek telepon b, pacak kami nyemput.”
“Cak
e. Dalam 3 bulan ikak aku dak suek libur. Agek aku usahake cak seminggu cuti,
kelahke wakilku be. Aku lah mengas nia dalam 3 tahun ikak.”
Ternyata
dari seorang menteri yang penuh semangat ini, tersimpan kelelahan yang besar.
Besar, besar dan terus menumpuk.“Ao
coh, aku kak same be cak nga tu lah. Baseng hal e, njuk kabar be kapan nga nak
betemu kami.”
“
sip lah, dem aku berangkat dulu y”
Kadang kala, pemikiran dan pendapat
tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan. Tidak selalu dapat dipastikan,
dan tidak selalu dapat dikhayalkan.
Pemikiran, pendapat dan kenyataan
bukanlah segitiga paskal dengan hasil mutlak. Kenyataan adalah sesuatu yang
keras di depan tapi menakjubkan di dalam. Kenyataan tak akan seburuk pemikiran. Pasti.
kenyataan tak
ubahnya kepompong
peka akan
kemaluan sang ulat bersembunyi
buta akan corak
warna yang akan menanti
terbang bebas
pada nanti.
Kenyataan bahwa telah bertemu salah
seorang sahabatku inilah yang menjadikan diri ini kembali bersemangat,
berkorbar bagai nyala surya. Bergairah bagai seorang remaja. Semua kegelisahan
kegagalan seolah lenyap. Semua ketakutan membumbung dipikiran, tenggelam entah
kemana. Dengan berlari aku menuju pesawat, sambil berteriak “TUNGGU
TEGAL LAGI COH, KITE SALING KATE. Haha”
=00=
Sekayu, Indonesia 2032
Bakat
pengusaha sudah tertanam didalam tubuhku. Jiwa pelecut sudah tergores di tangan
ini. Bukanlah menjadi dokter ataupun insinyur. Bukanlah menjadi pilot atau
mekanik. Bukanlah pekerjaan yang bekerja untuk orang lain. Bukanlah pekerjaan
yang menuntut diperbudak pekerjaan. Melainkan pekerjaan yang dapat
memperkerjakan pekerja. Menjadikan modal terbatas untuk hasil yang tak
terbatas.
Sejak
menamatkan bangku kuliah yang cukup lama dari waktu normal. Aku mulai
berkonsentrasi dengan pekerjaan yang mulaiku rintis. Bukanlah aku tidak mampu
mengikuti semua materi, bahkan jauh dari kata bodoh akan diri ini. Telah lama aku sadari kuliahku akan
terbengkalai. Sejak semester 3, aku sudah membuka lahan perkebunan karet di
desa. Wajar saja jika aku terlambat menyelesaikan kuliah. Semua pikiran dan
hatiku tertuju pada aset semata wayang. Untuk apa kuliah tinggi-tinggi tapi
setelah bekerja derajat dirinya rendah. Tinggi baginya, tapi tidak dimata
Tuhan. Untuk apa kuliah tinggi tapi tetap korupsi. Dimana pendidikan yang
dikatan tinggi ?
Tidak
pernah tersesal akan putusanku. Perjuangan besar yang akan berhasil, bahkan
tidak pernah mendekati kata gagal. Kini namaku tertempel besar pada sebuah
pabrik, sebuah pabrik pengolah karet. Pabrik dengan nama PT. Aries yang diambil
dari namaku sendiri.Setelah 11 tahun membuka kebun karet dan memperkerjakan 8
orang sebagai buruh, sebuah percobaan besar aku lakukan.
Berawal dari keinginan membuka lowongan yang
lebih besar, aku berinisiatif membuat pabrik rumahan pengolah karet. Karet yang
semula langsung dijual di pabrik, tapi kini di olah sendiri menjadi cair baru
dijual kepada perusahaan yang membutuhkan karet cair.
Butuh
waktu 2 tahun untuk mengembangkan usaha ini. Usaha yang semula memperkerjakan
perempaun satu kampong, kini memperkerjakan perempuan satu kampung. Mungkin ada
sekitar 75 pegawai sekarang. ditambah kebun karet yang semakin luas yang telah
memperkerjakan 30 pegawai. Sehingga total orang yang mendapatkan lowongan kerja
adalah 105 orang.
Tidak
berhenti disitu saja. Keuntungan yang aku dapat memberi sumbangsi besar pada
daerahku, bahkan untuk kabupatenku. Bagi orang yang memang berniat membuka
usaha, akan diberikan pinjaman sesuai yang dibutuhkan. Dengan bunga hanya 0%
dan keuntungan selama pinjaman belum lunas akan dibagi rata. Hasil keuntungan
yang aku dapat digunakan untuk membangun desa. Membangun rumah sekolah dan
penunjangnya. Berkat semua itulah menjadikanku “bos” kampung.
Dalam setiap kejadian buruk, tidak selalu hal buruk
yang akan terjadi
Bila
berkaca kebelakang, mungkin semua ini tidak akan terjadi jika tidak peristiwa
mengerikan 12 tahun silam. Saat itu aku dan Janita mencari buah-buahan di
pasar. Saat itu aku belumlah menjadi apa-apa, sementar Janita sudah menjadi PNS
dan menjadi guru olahraga di SMA. Aku dan janita memang tidak seperti Sembilan
teman yang lain, kami tetap tinggal di pelosok negeri dan merintis karir
disini. Sementara yang lain, tidak tahu dimana sekarang. Bahkan menurut kabar,
sebagian sudah berada di negeri orang.
Saat
itu, tas jinjing janita dibawah kabur oleh pencopet. Serentak saja aku berlari
dan mengejarnya. Mungkin baru pertama kali mencopet, jadi dengan mudahnya
dapatku tangkap. Langsung saja aku hadiahi sebuah tonjokan tepat di hidungnya.
Namun saat hadiah kedua mau di daratkan, seketika Janita menangkap gempalan
tanganku. Lalu mengambil berlembar uang merah di saku, diberiaknya pada
pencopet. Serentak si pencopet berterima kasih, lalu dia bercerita bahwa dia
adalah perantauan yangmengadu nasib disini. Tapi belum menemukan titik terang
sampai akhirnya persediaan modalnya habis.
Dengan
berat hati aku meminta maaf padanya, lalu menawarkan pekerjaan di perkebunanku
untuknya. Alhamdulillah, sekarang dia adalah orang kepercayaanku.
Sekarang
janita bukanlah seorang guru olahrga. Prestasinya yang segudang di bidang
olahraga, telah mengangkat dirinya menjadi pengurus KONI daerah. Lalu tahun
berikutnya pindah ke pusat. Sejak dia bekerja di KONI pusat, aku tidak tahu apa
kabarnya sekarang. Mungkin saja dia telah meraup beragam mendali di kancah
dunia, atau mungkin malah hancur akan globalisasi. Yang pasti aku kehilangannya
=00=
Auntumn in england. 2032
Hamburan dedaunan mengotori jalanan
kota. Memperkeuh pikiran. Menyempitkan ruang bernapas. Memperkencang urat
saraf. Memang seperti itulah kenyataan pada seorang Tulus, setelah lebih dari
14 jam melakukan meeting pada tiga
tempat di Inggris. Kini ia berjalan menuju istananya. Istana yang menjadi sasaran
pulang kejanya di malam hari. Istana
yang hanya dipergunakan untuk tidur.Istana yang terbangun oleh pemiliknya
disubuh untuk bekerja.Istana yang dibangun oleh jerihpayah nya selama ini. Istana
yang menjadi saksi betapa menderitanya diperbudak pekerjaan.
Kamar. Sebuah tempat yang paling dinantikan untuk melepaskan lelah, ruang kecil
dimana kita bebas mau melakukan apa saja tanpa takut diketahui orang lain.
Bagai ojek melihat penumpang, dengan segera dia hempaskan tubuh ini di hamparan
busa persegi. Di biarkan tubuh
tergeletak lemah. perlahan memejamkan mata. Tanpa sengaja kakinya menyetuh handphone. Handphone yang sedari tadi
pagi tertinggal dikamar. Awalnya aku tidak perduli,
pasti isinya tentang ajakan dari beragam perusahaan untuk melakukan pertemuan.
Hati kecil berkata lain, seolah tangan ini terpanggil untuk memeriksa handphone tersebut.
Termpampang, 7 panggilan tak terjawab.
Aku baca, tidak ada nama. Seperti biasa, hipotesisku pasti dari bos-bos besar
negeri ini. Namun setelah diteliti lagi, kode area pada kontak tersebut terasa
pernah ada diingatannya.
“+628. Ini bukan dari inggris,
sepetinya adabos negara lain ingin mengundangku.” Gumamnya.
satu pesan belum terbaca.Tampak tertampang di layar handphone. Hmm.. mungkin karena tidak
ada jawaban, jadi dia kirim SMS. Dengan lesu aku membaca SMS tersebut.
Woi
coh, ikk rio. Mn nga ? alngke congko nga mkk ? aku kumah nga e, ikk lg
dibandara. Jam 10 br brngkt dari jakarta, dak tw dtg ke situ jam brp.
Rio? Rio siapa ini ? dari Indonesia
juga. Sudah 8 tahun aku tidak pulang ke Indonesia. Tapi ini siapa? Nekat sekali
dia mau ke Inggris. Setelah lama mengingat, akhirnya
terlintas di ingatanku bahwa ini adalah Rio Isman. Rio sahabatnya dulu. Rio
yang banyak berjasa akan kesuksesannya kini.
Untuk kedua kalinya aku membaca pesan singkat ini,
dan untuk memperjelas semuanya. Akupun menelpon balik.
Apa daya, handphonenya
sedang dalam mode penerbangan.
Dibacanya untuk kesekian kali. Sampai
akhirnya tersadar bahwa sahabatnya itu sudah berangkat sedari tadi.
Kalau dia berangkat jam 10 pagi,
berarti tiba di bandara jam 9 malam. Aku lihat jam yang tepampang di dinding,
waktu menunjukan jam 8 lewat 45 menit. Menyisakan waktu kurang dari 15 menit
lagi.
Segera aku ambil lagi kelelahan yang
sedari tadi tertempel di kasur. Menghiraukan panggilan lembut busa segi empat
iu. Dikeluarkan Lamborghini kuning dari halaman. Bak kilat menuju bandara,
menuju sebuah kenangan lama yang akan tiba. Menunggu seorang teman, teman yang tidak
tahu rupanya.
=00=
Heathrow
airport. London. 20:55
Tersandarkan punggung ini pada kursi
tunggu. Ruang harapan berjumpa dibalik negeri sana. Setia menuggu, seraya
bersabar. Tanpa sadar sebuah nomor telepon terpencet, terdengar sebuah suara
yang sangatku hapal. Suara sahabat karibku. Sahabat satu atapku sewaktu SMA.
Sahabat satu perjuangan. Sahabat satu kamar selama bermalam di Asrama. Dialah
sahabatku. Jeni Charles.
“Halo. Siapa disana,”
Serentak terbangun dari lamunanku,” Hmm.
Ikak Tulus co,”
“Oi
coh, namek kabar nga yong ?”
Sorang sahabat dengan semangat
menyambut teleponku. Aku jelaskan maksud keinginanku. Aku jelaskan bahwa
sebentar lagi Rio akan datang. Aku jelaskan sebentar lagi kita akan berkumpul bersama
lagi. Aku katakan, aku rindu.
“Die
datang co, Rio datang tunah.”
“Rio
mane ah?”
Aku jatuhkan telepon itu. Aku lari
kesana. Lari menuju seorang yang mencariku. Aku disini teman. Aku disini. Aku
peluk dia, aku berikan eratan persahabatan dari belakang. Aku tahu betul. Ini
pasti Rio.
Terkejut akan pelukan seseorang di
negeri yang asing ini, banyak sekali spekulasi kejahatan yang dia pikirkan. “Hei,
siapa kamu? Kenapa denganku ?”
“Aku tulus, orang yang kamu cari.”
Senyum itu keluar. Senyum kecil
perubah dunia. Pencetus ide gemilang. Bertemu di satu tempat dengan satu
pikiran.
Kuambil handphone tadi,“Jen. Nga ade gawe dak co? ayo
kesikak. Ade rio disikak. Rio Isman kawan kite gempai.” Tanpa menunggu jawaban
dari sana, langsungku matikan telepon itu. Kuajak rio memasuki Lamborghini menuju istana. Sementara Jeni, aku
tahu dia mengerti maksudku. Besok pagi pasti dia ke sini dengan Helikopternya.
Kami pun melepas lelah sedari tadi. Berharap besok menjadi hari terbaik untuk
tertawa.
=00=
Berlin, 2032
Minggu keempat tiap akhir bulan bak
libur panjang yang selalu dinanti Jeni. Minggu dimana dia bisa beristirahat
satu minggu penuh. Minggu dimana melupakan sejenak 3 minggu sebelumnya. Jeni
Charles, seorang konsultan pengembangan pemukiman dan pertambangan lulusan
perguruan tinggi terbaik di Indonesia
kini bermukim di Jerman. Bukan tidak mencintai tanah airnya, tapi demi merah putih berkobar. Berusaha keras menyelasaikan
gelar Doktor dengan predikat terbaik.
Belajar sambil bekerja patut diarahkan
padanya. Konsultan pengembangan pemukiman dan pertambangan yang berlabel dunia ternyata
berasal dari Indonesia. Bukan hal yang lumrah para pemuda berprestasi memilih
dunia lain sebagai tempat mencari nafkah. Di dalam negeri sendiri, semua terasa
busuk akan keserakahan. Penuh lintah jabatan dengan penindasan hak-hak mereka
terbelakang. Semua permasalahan itu tampak memperjelas dirinya untuk mengambil
beasiswa ke Jerman.
Jerman. Bukanlah biaya yang murah
untuk dapat melanjutkan pendidikan disini. Begitupun dengan jeni, bermodal
wawasan yang luas dan dukungan beasiswa dari pemerintah. Dia tetap tidak mampu
untuk menanggung biaya hidup disana, beasisiwa yang hanya mampu membayar biaya
pendidikan selama di Jerman. Untuk itulah,
Jeni mulai mengunjungi perusahaan-perusaahaan di Jerman dan membuka wawasan
kepada mereka tentang apa sebenarnya geologi teruntuk pertambangan dan aspek
yang harus diwaspadai terhadap pemukiman. Hal inilah yang menjadikan dia
sebagai pegawai honor di perusahaan disana. Lumayan untuk membantu biaya hidup
selama mengeyam pendidikan.
Kumpulan hari akan membentuk minggu, kumpulan
minggu akan membentuk bulan, kumpulan bulan akan
membentuk tahun, kumpulan tahun menjadikannya semakin dewasa dan matang. Setelah
menyelasaikan gelar master dan telah bekerja tetap sebagai konsultan di bidang geologi. Jeni
tidaklah gegabah untuk pulang kedalam negeri. Mungkin kata tidak tahu terima
kasih masih jauh dari dirinya. Bukannya tidak mau pulang dan mau membangun
negeri sendiri. Rasa haus akan pendidikan memberikan
tekat menyelesaikan gelar Doktor disini. Hatipun berucap janji, suatu saat
setelah semuanya telah selesai. Indonesia akan Indah pada saatnya. Indonesia
akan mendapatkan lebih akan jasanya. Semua itu akan terjadi, bahkan pasti akan
terjadi. Karena tahun ini, tahun terakhir baginya menyelesaikan program Doktor.
Pagi menjelang, surya seakan malu
menampakkan dirinya. Segera helikopternya disiapkan, penerbangan menuju Inggris
akan segera dilakukan. Penerbangan yang sedari kemarin dinantinya. Teramat
ingin baginya untuk melihat semua teman-temannya dulu. Rasa rindu akan kampung
halamannya seakan kian
memuncak. Sejak lulus S1 hingga sekarang, tak sekalipun dia menginjakan kaki di
bumi pertiwi.
Khayalan akan rupa wajah temannya
mulai terbayang. Bukan hanya itu, terdapat maksud lain dalam pertemuan yang dia
harapkan ini. Sebuah rencana besar telah
dia persiapkan, rencana jangka panjang untuk membangun tanah air. Rencana untuk
menjadikan Indonesia sebagai Indonesia yang sesungguhnya. Rencana yang akan mulai
dirintis seketika pulang ke Indonesia. Karena disini bukan lah negeri mereka,
negeri meraka adalah zambrud khatulistiwa. Mimpi kecilnya bukanlah menjadi
konsultan, melainkan menjadi guru besar serta membangun sebuah institusi
bertaraf internasional di negeri sendiri. Sebuah intitusi yang menjadi target
utama mahasiswa penjuru negeri. Sebuah intitusi
teknologi geologi.
=00=
Helikopter bersiap landing. Aku dan Tulus berlari menuju pelantaran rumah. Tulus sudah
mengira itu pasti Jeni. Yah, memang betul itu Jeni. Bergegas kami bertiga
memasuki rumah. Tidak menunggu lama lagi, sebuah tawa mulai dikeluarkan. Semua
gurau mulai diperdengarkan. Sama persis sperti dulu, sewaktu putih abu-abu.
Sore menjelang, mentari fajar yang
tadi malu kini mulai bersemayam di persembunyian. Beristirahat untuk bekerja
lagi esok, pekerjaan rutin yang membuat tubuhnya
habis terbakar. Setelah berjam-jam bercanda gurau, taka ada satu pun dari kedua
temanku ini yang bertanya apa maksud dan tujuanku datang kesini. Setelah
mengambil ancang-ancang serta menarik napas dalam, akhirnya aku menjelaskan
semuanya. Aku merindukan kalian, termasuk mereka yang sekarang tak tahu dimana.
Aku menjelaskan sebuah keinginan besar untuk mempertemukan kita bersebelas.
Memastikan suatu negara yang akan kita tuju, memastikan waktu pertemuan itu.
Bukan hanya ingin mempertemukan
kembali persahabatan yan mulai terlupa, tetapi juga membuat rencana besar
membangun negeri. Rencana yang diusung Jeni sebenarnya hanya diperuntukan
kepada kami berdua. Namun berubah haluan, rencana besar yang diperuntukan untuk 11 sahabat
dalam membangun bangsa. Rencana yang akan dirintis dalam pertemuan besar kami
nanti. Entah itu kapan.
=00=
Rantau panjang.
2032
berawal
dari kedatangan penambang dari tanah papua. Mencoba menuju pelosok desa dengan
potensi batubara berlimpah. Dipacunya mobil merah tanpa atap itu melintasi setiap
sudut desa. Mobil mewah berlogo kuda jingkrak terus melintasi setiap ruas
jalan, entah apa yang mau dicari. Rambut hitam nan lebat berpegangan pada
kepala, angin pun tertawa menerpa wajah. Dengan santai dia turun, turun menuju sebuah rumah. Rumah yang ternyata rumahku.
Dengan
bingun dia menuju muka pintu,” Maaf. Ada orang dirumah ?”
“Iya
saya, silahkan masuk.” Betapa terkejutnya ketika melihat wajahnya. Seorang yang
memang telahku kenal. Lelaki yang kesana-kesini ternyata adalah dia.
“
Aries ?”
“Hoi co, dak nyangko aman ikk umah nga.”
“Reno. Masuk co. ayo duduk ! lah laaliku dengan
nga. Tambah rengkeh be”
Dia
adalah Reno
yudistira, Reno yang telah lama aku kenal. Kedatangan dia kesini sesungguhnya
bukanlah mencariku. Sebenarnya dia ingin membeli perkebunan karetku, tapi
langsung aku tolak. Perkebunan itu adalah mata pencarian desa ini. Perkebunan
penyambung nyawa untuk kami semua. Meskipun pada kebunku mempunyai potensi
energi dunia,
tapi tetap tidak meluluhkan hatiku. Mau kerja apa 105 orang pekerjaku ?
Namun
dia tetap bersikukuh, sampai akhirnya aku memberikan usulan mencari potensi
energy ditempat lain saja. Reno pun memaklumi itu, sebagai gantinya aku harus
menemaninya mencari daerah yang mempunyai potensi tambang yang besar. Tapi
nanti, sekarang kami saling bertukar pengalaman terlebih dahulu. Melepas
kerinduan disaat yang tidak disangka, itulah kekuasaanNya.
##
Reno
yang bekerja di pertambangan Freeport ternyata pernah bertemu dengan Lukito.
Saat itu para pekerja melakukan study banding ke amerika tepatnya perusahaan
minyak Chevron. Ato’ yang merupakan teman kami berdua menyelesaikan
pendidikannya dengan predikat cumlaude di perguruan tinggi di Jawa. Dengan
intelektual yang tinggi itulah, chevron
langsung melamarnya mengisi jabatan. Lebih fantastis lagi, hanya dengan 10
tahun Ato’ yang dulu hanya pekerja lapangan kini menjadi ketua pelaksana
lapangan. Lebih tepatnya salah satu wakil direktur chevron. Tentunya dengan
gaji yang tak sedikit.
Selama
dua hari reno memilih tinggal dirumahnya
di Amerika dari pada di hotel seperti penambang lain. Namun waktu dua hari
tidaklah cukup mengulang nostalgia itu, Ato’ berkeinginan suatu saat nanti bisa
mengunjungi kami di Indonesia. Bahkan lebih tinggi lagi, berkeinginan untuk
berkumpul dengan 10 orang teman lainnya, teman yang telah dianggap keluarganya
sendiri. Cukup dua hari waktu yang dibutuhkan perusahaannya melakukan study
banding. Segera Reno mencatat nomor telepon Ato’, mungkin suatu saat akan
sangat dibutuhkan nomor telepon itu.
##
Beberapa
jam beristirahat dirumahku, Reno mulai mengajakku mencari lokasi yang tepat
menggali sumber energi. Dinyalakan sebuah
alat yang canggih yang dapat mengetahui lokasi berpotensi sumber energi
dengan radius 2000km. Mobil merah tanpa atap pun meluncur menuju lokasi yang
ditunjukan alat tersebut. Alat yang hanya dimilki Reno, alat pendeteksi yang
dibuat langsung dengan kedua tangannya.
Tibalah
kami pada sebuah desa, desa yang senyap. Bukan karena tidak ada penduduk, tapi
mereka mencintai sebuah kedamain. Hanya ada beberapa rumah dengan kendaraan bermotor. Semuanya hanya menggunakan sepeda
bahkan berjalan wahana transportasi. Bukan karena tertinggal, tapi memang desa
ini telah menyadari akan semua bahaya kemajuan. Penduduk yang cerdas, penduduk
yang menghijaukan halaman rumah. Penduduk sederhana dengan pemikiran modern.
Semua rumah terlihat megah dan berdiri tinggi. Itu menunjukan kalau mereka
maju, bahkan sangat maju.
Udara
bersih dan semua lokasi yang sejuk adalah kemajuan desa ini. Desa yang telah
dirubah oleh seorang lelaki. Seorang yang kini menjadi kepala dari kepala
sekolah. Dahulu desa ini hanyalah sebuah desa kotor dan terkenal dengan desa
maksiat, tapi itu dulu. Seorang lelaki yang melepas jabatannya dari Jakarta
telah berpulang kekampung halamannya. Merelakan kekuasaanya demi kehidupan yang
lebih baik.
Aku
dengan Reno turun turun dari mobil,mencari tahu siapa kepala desa disini.
Berharap hutan di ujung desa bisa dijual, karena disanalah lumbung energi yang
berlimpah. Setelah bertanya tanya kepada masyarakat sekitar, tak ada satupun yang mengetahui siapa kepala desa
disini. Sudah sejak lama tidak ada posisi kepala desa disini. Ada seorang penduduk yang mengatakan bahwa
disini tidak ada kepala desa,tapi ada seseorang yang dianggap mampu mengambil
keputusan akan desa ini.
Dia
adalah Janita Dwi Putra, setelah bekerja kurang lebih tiga tahun di KONI pusat.
Dia mengundurkan diri,semua itu
dia lakukan karena tahu bahwa sogok-menyogok telah mengotori bidang olahraga. Presatasi olahraga di Indonesia bisa
diatur. Bahkan sebelum bertanding sudah diketahui siapa pemenangnya, semua
terlihat mudah asal ada uang. Kini dia kembali ke desa untuk mengajar seperti
yang dia lakukan dahulu, sampai akhirnya kini diangkat menjadi Kepala Sekolah.
Merubah pikiran para peserta didiknya akan kemajuan, bahkan kepala sekolah dari
sekolah lain pun berguru akan visinya yang besar dan jelas. Dialah yang telah
merubah desa ini.
Segera
kami mencari rumah Janita. Reno yang tadinya bersemangat membuka lahan tambang,
tertunduk malu ketika mengetahui Janita
lah yang merubah desa ini. Reno yang mengagung-agungkan kekuasaan,
ternyata berbanding
terbalik dengan temannya yang
lebih mementingkan ketenangan dan mencintai alam. Janita yang rela melepas
jabatannya, rela meninggalkan gajinya yang besar jika dibanding sebagai kepala
sekolah. Sangat kontras
sekali dengan dirinya yang lebih mementingkan uang, tidak memperdulikan alam.
Dasar manusia serakah.
Aku.
Untuk pertama kalinya aku bertemu Janita sejak dia bekerja di Jakarta, tidak
pernah terdengar kabar bahwa dia telah membangun desanya sendiri. tidak pernah
aku ketahui itu. Sementara reno, mengurungkan niatannya membuka pertambangan di
desa ini. Dia lebih memilih diam kepada perusahaannya, membuat laporan palsu
bahwa di tempat ini tidak ada lokasi tambang yang besar. Dirumah Janita yang
sederhana inilah kami bercerita, mengulang masa lampau kami dengan ditemani
canda gurau.
Setelah memimpin AFMM di singapura, menteri keungan
meminta cuti selama satu bulan.
Betapa
terkejutnya kami. saat sedang asyik bercanda, terdengar sebuah berita yang
menyatakan seorang menteri meminta cuti. Memangnya itu menteri mau hamil? Yang
terkejut lagi ketika mengetahui menteri yang dimaksud adalah Menteri Keuangan
Catur Akbar Tanjung. Serentak tanda Tanya besar dibenakku, ada apa dengan Catur ?
Saat
konferensi pers, ternyata menteri
ini mempunyai sebuah tugas diluar tugas negara. Dengan jujur, dia merindukan
teman-temannya dahulu. Dia membutuhkan teman-temannya untuk melepas benak
selama ini. Teman yang ternyata adalah kami.
Sebuah
ucapan tulus keluar dari mulut sang menteri, “ Aries, Ato’, Catur, Egyd, Dony,
Janita, Jeni, Reno, Rio, Galih. Aku merindukan kalian, kalian dimana ? Apakah
masih bisa kita untuk bertemu ?”
Hening,
senyap, membantu untuk beberapa saat. Begitu juga dengan temanku yang lain,
semua bak petir di siang
hari bolong. Seakan terkejut dengan berita barusan. Seketika itu Reno
mengeluarkan handphone nya. Mencari
nama di antara deretan A, nama yang tertulis Ato’. Dipanggilnya nomor itu,
suara pria paruh
baya jelas terdengar.
“Dengan
Ato’ disini.”
“Ikak
Reno coh, kapan kire-kire nga libur parak-parak ikak ?”
“lah
ngape coh ? paling ade baru pacak libur di tahun baru hijriah akhir bulan
agek.” Jawab
Ato’ terkejut.
“Ujo
nga nak ngajak budak bekumpul lagi, ikak kami di Indonesia lah mulai
ngerencanake nak bekumpul lagi. Nah tinggal cak mane nak ngenjuk tau yang lain
?”
Perkara
yang lumayan sulit bagi kami dalam memberitahukan teman-teman yang lain.
Bukanlah hal yang mudah mengajak semua temanku berkumpul disuatu tempat,
sedangkan tempatnya sendiri belum tahu. Bukanlah hal sepele mau menginformasi
kepada mereka, sedangkan mereka dimana saja tidak tahu. Semua terlihat begitu
gelap, mempunyai sebuah teka-teki yang begitu sulit dipecahkan.
=00=
Soekarno hatta airport.Indonesia. 2032
Harapan bertemu semuanya masih jauh,
teramat jauh. Sepulangnya aku dari Inggris tetap membuka asa besar di suatu
saat. Dimana kami semua bisa berkumpul dan bersama, walau semua hanya
sementara. Usahanya yang baru sampai ke tanah Elizabeth telah menemukan 2 dari
10 teman-temannya, apalagi jika menelusuri semua ranah
eropa sampai amerika. Walau baru 2 orang yang berhasil aku hubungi, tetap
nafsuku bersemangat untuknya. Karena 2 orang temanku lagi, Dony dan Galih telah
aku ketahui keberadaanya. Tinggal sewaktu-waktu aku akan kesana.
Heran atau entah apa ini, seluruh
badan seakan mati. Aliran dalam nadi seakan berbalik aliran. Semua karena
berita itu, berita dimana seorang menteri meminta cuti kerja. Seorang menteri
yang baru saja memimpin semua harapan seluruh rakyat seAsia Tenggara, seorang
menteri yang ternyata temanku sendiri. Menteri yang berpapasan denganku saat
menuju Inggris.
Bukanlah taksi yang pertama kali aku
cari. Bukanlah tas bawaan. Handphone, yah
ini yang aku cari. Dengan segera aku menguhubungi Tulus. Dengan segera
menceritakan apa yang baru saja aku lihat. Aku meminta bantuan Tulus, bantuannya untuk dapat
menemukan teman yang lain. Bantuannya dalam ilmu komunikasi yang hebat untuk
diketahui mereka semua.
Bukanlah waktu yang sebentar bagi
Tulus untuk dapat mengetahui keberadaan temannya, meski dengan teknologi
canggih yang dimilikinya sekalipun. Tidak ada titik cerah akan menemukan
teman-temannya. Tulus tidak dapat mengetahui dimana teman-temannya yang belum
menggunakan aplikasi buatannya. Begitupun dengan mereka yang telah menggunakan
aplikasi ini, tetap tidak bisa dihubungi. Dony berkali-kali tidak ada jawaban
akan panggilannya, lain halnya dengan Galih. Kontak yang diisi Galih tidak
ditemukan, sudah tidak aktif lagi sejak kemarin.
=00=
Afrika
selatan. 2032
Cucuran
keringat berlimpah ruah dari wajahnya. Belumlah ayam menyanyikan syairnya
diwaktu subuh, Dony sudah kedatangan tamu yang mengajaknya kesuatu
perkampungan. Dimana satu kampung menderita DNPJ yang hebat, mereka semua
membutuhkan pertolongannya. Dengan siaga Dony
menuju kampung itu bersama orang yang kerumahnya. Diambilnya semua vaksin dan
keperluan lain, segera dia memasuki mobil. Dibalik kesigapan Dony, ternyata ada satu benda yang
terlupakan. Handphonenya tertinggal
dikamar.
##
Fukushima. 2032
Hal
yang sangat tidak diinginkan terjadi begitu saja. Semua rancangan dan uji coba
yang selalu berhasil nampaknya bukanlah bukti ketelitian seseorang. Belum
diketahui apa penyebabnya, namun ledakan itu telah merusak ruangan kerjanya.
Beruntung baginya tidak sedang di tempat.
Kejadian
itu bermula ketika jam makan siang, Galih baru saja menitipkan ekperimennya
kepada bawahannya. Ekperimen yang memerlukan waktu satu minggu penuh dan hanya
membutuhkan pengawasan setiap 4 jam sekali. Sesaat setelah keluar kantor,
tiba-tiba terdengar suara ledakan dahsyat. Segera dia berlari kedalam, dan
ternyata isi ruangan telah diamakan api Serentak
diambilnya hydrant yang berada di
dinding. Disemprotkan pada seluruh ruangan. Tapi tetap saja, semuanya telah
menghitam. Semua meja, kursi, TV, bahan-bahan eksperimen, lemari, laptop,
bahkan handphone ku habis dilahap.
=00=
Titik terang itu mulai terlihat, butuh
waktu satu hari penuh bagi Tulus untuk mencari cara menemukan sahabatnya. Waktu
yang lama untuk berdiam diri menghadap laptop. Tulus membuka semua isi folder,
berharap menemukan sebuah videonya dahulu. Video yang didalamnya terdapat suara
teman-temannya. Sampai akhirnya dia menemukan itu. Sebuah video yang tidak
sengaja direkam saat Ato’ bernyanyi. Sesegera mungkin Tulus merubah video itu
kesebuah format yang tak tahu apa bentuknya. Sebuah format untuk mendeteksi
suara. Dia hack semua operator dunia, mencari sebuah nomor telepon yang cocok
dengan suara tadi. Sampai akhirnya dia mendapatkan percakapan antara Ato’ dan Reno.
Tahun baru hijriah, itulah jawaban
Ato’ kepada Tulus. Jawaban dimana dia baru bisa libur dalam waktu terdekat dari
sekarang. Tahun baru yang dirayakan umat islam di seluruh dunia.
“lah coh, mak
mane aman bekumpul dimalam tahun baru islam di mekah. Tepatnya di masjidli
haram.”
“Beno coh, nga
kan lihai ICT. Nah nga buat be iklan di aplikasi nga. Iklan hek nunjuke bagi
setiap kawan kite, ditunggu kehadirannye malam tahun baru di mekah situ.”
“Lah agek ade
yang dak tau ?”
“Optimis coh.”
Ujar Ato’
=00=
Iklan
besar-besaran diseluruh web di dunia, termasuk di seluruh televisi dan radio.
Iklan dengan ajakan hanya untuk beberapa orang. Iklan yang menuntut pertemuan
di masjidil haram pada tahun baru Hijriah. Mungkin lebih pantas disebut
pengumuman, tapi diperlakukan pertelevisian seperti Iklan.
Untuk
kawan-kawanku entah itu dimane..Ayo coh bekumpul lagi. Dak usah mikirke biaya.
Tinggal pesan tiket, kelahkeku mayo e. kite bekumpul tepat di tahun baru hijirah
di masjidil haram y
Begitulah
bunyi iklan yang dimainkan oleh Tulus, iklan yang berdurasi 20 detik terlihat
begitu sering nampak. Bahkan sampai hapal di luar kepala oleh anak-anak.
Begitu
terkejutnya semua teman-temanku menyaksikan iklan tersebut, dengan segera
mereka memesan tiket untuk ke mekkah. Mulai dari Aries dan Janita, Reno dan
Ato’.Tidak peduli berapa mahanya biaya tersebut. Tidak peduli betapa pekerjaan
menuntut. Termasuk Galih dan Dony.
=00=
Setelah
kampung itu telah dalam kondisi baik, tidak ada lagi penderita besar-besaran
terjadi lagi. Sehingga dia bisa menitipkan pekerjaannya kepada 15 asistennya di
afrika. Kini ia menuju tanah suci mekkah
##.
Adapun
dengan galih. Butuh waktu 2 hari untuk
mengembalikan ruangannya seperti semula bahakan persis sama. Semenjak mendengar
iklan dari Tulus, dia menghentikan dahulu eksperimennya dan bersiap menuju
kiblat utama umat islam.
##
Sementara
Tulus dan Charles sudah berada di mekkah sejak iklan tersebut dikeluarkan.
Mereka menuju mekkah dengan helikopter Charles.
=00=
Masjidil Haram. Makkah 29 dzulhijjah 2032
Sebuah
fenome unik terjadi malam ini. Sepuluh orang mengelilingi kabah. Memohon dan
berdoa kepadaNya. Sekarang mereka telah berkumpul. Tepat di jam 12 mereka
meninggalkan masjidil haram. Tertawa ceria, mengulang sendah gurau terdahulu.
Melepas semua penat. Seakan ingin berteriak. AKU BAHAGIA TUHAN, ENGAKAU TELAH
MENGHILANGKAN BEBAN KAMI. Semua terasa ringan sekarang, meski itu hanya
sekarang. sebuah persahabatan yang kuat dan hebat. Persahabatan yang kompak.
Persahabatan adalah kami. Kami dan kami. Untung yang disurga, persahabatan
adalah kita. Kita, kami dan engkau egyd.
Sementara
aku, aku hanya bisa tersenyum dibalik surga FirdausNya.