Senin, 23 September 2013

Kita masih punya orang tua, keluarga, teman, dan Allah yang sayang dengan kita



Sungguh tidak pernah terbayang sebelumnya untuk bisa duduk disini, diam disini, hanya diam melihat kalian berhuru hara diluar sana. Mungkin ini yang dikatakan panggilan jiwa, jiwa yang membutuhkan ketenangan, jiwa yang butuh kesendirian sejenak atas apa yang terjadi. Mungkin namaku sudah ditulis Tuhan untuk merenung sejenak disini atas apa yang terjadi belakangan.

Jujur, aku tidak tahu apa yang terjadi, aku tidak tahu benar apa tidak jalan yang aku ambil, apakah ini takdir Yang Kuasa atau bukan juga aku tidak mengerti, ini terlalu rumit untuk seorang sepertiku.

Aku tidak berani mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, bahkan untuk diriku sendiripun aku lebih baik menipu, aku pembohong. Namun sesungguhnya ini berhubungan dengan masa depanku.

Saya pernah berpikir, mau jadi apa saya nanti jika hanya seperti ini. Mau berguna untuk masyarakat? Tapi kemampuan hanya sebatas ini, bahkan dibawah standar, bahkan bisa dikatakan terlalu jauh dibanding kalian yang seprofesi denganku. Aku berani mengatakan bahwa aku tidak idiot, aku tidaklah bodoh, tapi memang tak secerdas kalian.  Atau bisa jadi aku tidak seberuntung kalian. Lalu apa yang aku miliki?

Semenjak lulus SMA, saya merasa seperti kehilangan jiwa. Saya tidak akan menyalahkan orang tua, orang tua mana coba yang tidak bangga terhadap anaknya hebat, orang tua mana yang rela anaknya terlantar, orang tua mana yang tidak kepingin melihat anaknya sukses, orang tua mana yang tidak bangga jika ada kerabat yang bilang “anakmu kuliah kedokteran yah? Pasti pintar sekali.” Atau “ wah anaknya sekarang sudah jadi dokter, kemarin ngobatin anak saya”, Bahkan aku bisa merasakan kebanggaan yang mereka rasakan saat ini, untuk seukuran apa yang aku lakukan. Jika saya jadi orang tua, mungkin sama seperti apa yang orang tua saya katakan. Jujur, aku tidak sanggup melanjutkan ini lagi, aku tidak sanggup menahan tetesan demi tetesan, mungkin itulah kenapa Tuhan menyuruhku duduk di sini.
Aku sayang mama, aku sayang papa. Love you for all you are giving to me. Aku sayang kalian.

Aku tidak akan pernah dan pernah menyalahkan orang tua, bahkan aku sangat teramat sangat berterima kasih atas apa yang mereka lakukan, atas dorongan mereka sehingga aku bisa ada disini. Karena sesungguhnya ini adalah cita citaku semenjak kecil, ini adalah impianku, ini adalah jalan hidupku, Sesugguhnya aku hanya mencari kambing hitam saja tas apa yang tak aku capai, sesugguhnya aku durhaka. Aku siap menanggungnya, sampai resiko terbesarpun. Inilah resikonya. Aku siap.

Sekarang aku lebih peduli Ridha Allah atas diriku dan atas orang tuaku. Tidak ada yang lebih dicari selain Ridha Allah, bukan pahala.

Entah apa yang sebenanya terjadi, untuk pertama kalinya aku bercerita ke mama langsung ke intinya, mungkin bukan pertama kali sih, hanya semenjak kuliah ini ssaja aya bercerita tentang hidup saya yang sebenarnya. Mungkin mama adalah orang yang selalu bisa menempatkan anak anaknya di dalam hati terdalam, mungkin mama adalah orang yang selalu bisa menahan tangis hanya untuk menutupi di depan anaknya. Tapi saya tahu, mama sedih. Oleh siapa, itu karena aku. Aku tahu mama menagis, itu tetap karena aku. Yakinlah, tidak aka ada hal yang sangat menyakitkan selain membuat orang tua kalian bersedih. Namun kalian harus percaya, selalu ada tangis dalam sujud mama kalian untuk kalian. Apakah kalian pernah melakukan ini sekali saja buat mama kalian?

Mungkin Tuhan telah menakdirkan saya untuk duduk disini, untuk selalu mendoakan orang tua, ontuk selalu berbakti.

Kemarin saya bertemu teman kuliah gara gara suatu masalah, entah kenapa saya seperti menemukan sebuah kasih sayang. Untuk teman SD, SMP, SMA, sampai teman dekat rumah, aku tidak pernah segan untuk meminta bantuan mereka, karena mereka bertanggung jawab, aku tidak pernah segan untuk memberikan sebuah kepercayaan, istilahnya tu “aku itu kau, kau itu aku. Ada apa aja, kita itu bersama, yakinlah tidak ada yang menghianati”
Mungkin semakin dewasa orang, kepedulian kesesama akan luntur, namun kemarin tidak, Ternyata teman temanku punya kepedulian dan kasih sayang yang mereka tidak bisa ungkapkan. Ternyata semua orang itu mempunyai rasa sayang yang sama untuk sesama, hanya ego saja yang memisahkan.

Untuk kalian teman temanku, yakinlah, selalu ada orang orang yang menyayangi kalian tanpa terduga disaat yang tak terduga. Semuanya sayang kepada kalian sama halnya seperti kalian sayang kepada mereka.

Aku hanya berharap, entah melalui tulisan ini atau entah melalui apa. Kita bisa bersama, kita bisa bersatu, kita bisa berbaur, semakin kita jarang berbaur, semakin kita saling mencaci, semakin kita merasa jauh, semakin aku merasa durhaka kepada orang tua, kenapa? Karena melalui keharmonisan kita, aku rasa bisa meningkatkan semangat saya, jika saya semangat dan bahagia, mungkin orang tua saya akan lebih bahagia, bukan hanya itu, mungkin melihat kita yang selalu bahagia,  dosen juga akan bahagia melihat kita, mungkin presefsi negative atas saya dan kita akan hilang.

Saya pernah berpikir, coba sekali sekali kalian itu duduk berpisah, seminggu saja, coba kalian tanggapi pandangan orang lain terhadap kita, jaangan hanya pandangan kita terhadap orang lain, berubah itu sulit, teori saja tidak berguna, mulailah bertindak. Mulailah. Seminggu saja berbaur, mulai kuliah pagi, makan siang, salat, kuliah sore, cobalah untuk keluar dari kelompok. Entah kenapa aku malah mengungkapan semuanya ini di sini, mungkin karena aku wakil ketua angkatan atau mungkin aku lebih perduli kepada kalian.
Sebagai wakil ketua angkatan, sesungguhnya saya hanya berharap melalui tulisan ini kita bisa kompak, kita bisa sharing bersama, tidak ada istilah gap bahkan tidak ada istilah kelompok. Mungkin itu tadi pesan aku, berbaurlah ke sesame, minimal duduk, makan siang, dan salat berbarengan dengan orang yang lain. Memang pada awalnya kalian akan dianggap aneh, tapi bertahanlah, Karena kita adalah teman.
Saya pernah berpikir sekali saja kita untuk satu angkatan makan siang bersama di kantin, kita penuhi kantin yang sekecil itu, atau bila perlu makan siang ditempat yang bisa menampung kita. Atau yang simple aja, kita seangkatan salat berjamaah. Buat satu gelombang saja, jangan sampai dua atau tiga gelombang, biarlah orang iri dengan kita.

Aku tidak pernah peduli jika ini dibaca siapapun, aku tidak peduli. Mungkin sebagian mereka mencerca, atau sebagian mereka bisa mengambil pelajaran dari sini. Karena selalu ada hasil baik dibalik setiap niat baik. Percayalah ini tindakan yang baik.

Sesungguhnya tidak pernah sekalipun saya berniat menyakiti orang yang aku sayang, dari yang terdekat sampai yang paling jauh, namun aku juga habis cara, bagaimana caranya biar kalian berpikir aku ini begini, aku itu tidak bohong atau apalah. Ketika kalian ada untuk saku, yakinlah aku akan lebih ada buat kalian. Ketika kalian tidak ada buat aku, jangan pernah berpikir aku tidak ada buat kalian. Aku yang akan selalu berada dibaris terdepan membela kalian. Atau berada dibarisan belakang untuk mendorong kalian, meskipun aku sendiri terjatuh.

Mungkin sudah takdir Tuhan untuk aku bisa duduk diam disini, yang mengeluarkan seluruh pikiran terpendam di sini, meskipun ini kacau balau, sekacaunya sekarang.

Karena aku dan kalian, manusia unggul dan islami