Sabtu, 07 September 2013

Behind the scene of street child- SSC Palembang

 Apakah anda senang menolong sesama? Aku yakin pasti 'iya'. Karena sesungguhnya ada sesuatu yang katakanlah mempunyai daya tarik kuat untuk mengulurkan tangan ke sesama, saling membantu hingga merasakan.
Namun apa jadinya jika anda ingin membantu tapi orang disekitar anda mencegah bahkan menertawakan anda? Sementara dia sendiri tidak membantu apa apa, pastinya kesal bukan?
Jadi ceritanya begini. Aku dan senior itu punya komunitas, semacam wadah untuk anak jalanan. Di sana kami mengajari mereka, melatih bahkan mengajak mereka ke seminar seminar atau pelatihan dari lembaga atau perusahaan tertentu. Bagus bukan?
Untuk jadwalnya sih kami hanya mematok dua hari saja dalam sepekan. Untuk pengajarnya, kami memilih mereka mereka yang mau berbagi dengan ikhlas ilmunya TANPA sepeser biaya apapun, malahan mereka yang kami bebani biaya per bulan untuk membantu adik adik di sana.
Kebanyakan dari kami adalah mahasiswa yang ingin mencari pengalaman lebih diluar kampus, baik itu berasal dari negeri maupun swasta.
"Jadi masalahnya apa?"
sebentar saya belum selesai cerita
Jadi komunitas ini murni independent, tidak ada dan insyaAllah tidak akan dipengaruhi pihak pihak yang ingin mencari 'nama'.
Berdiri secara independent itu susah, apalagi mengenai biaya. Karena mengajar itu butuh buku, butuh pena, penghapus, papan tulis, hingga lokasi belajar. Jangan tanya mereka(anak anak) punya alat tulis itu atau tidak, karena untuk sekolah saja mereka tidak mengenyam, apalagi mikirin beli pena buku dan sebagainya. Untuk itu kami tidak akan berlarut di sana.
Untuk mencukupi kebutuhan, kami berinisiatif berjualan. Mulai itu souvenir, baju, hingga tanaman pun kami jual. Pernah terkadang kami turun ke jalan langsung untuk mengamen. Seluruh total keuntungan sepenuhnya kami serahkan untuk kebutuhan mereka. Itulah cara kami mencari dana.
Oke sekarang kembali ke masalah.
Lokasi mengajar kami itu di TPA sukawinata. Sungguh lokasi yang sangat jauh dari kota Palembang, bahkan teramat jauh bagi sebagian pengajar yang PP dari indralaya. Namun itu tadi, ada daya yang sangat kuat menarik hati kami.
Selama ini lokasi belajar kami itu di rumah ibu RT di sana, jadi kami gak perlu biaya lebih untuk menyewa tempat atau paling enggak mendirikan tenda belajar darurat. Ibu RTnya juga fine fine aja, karena ada daya tarik tadi mungkin.
Masalahnya itu sendiri berasal dari oknum oknum yang tidak tahu apa apa tapi sok lebih tahu dari kami sendiri dan sok paling jago berorasi, jadi warga disana mereka pengaruhi.
intinya kek gini
Sekarang itu di Palembang lagi musim pemilukada. Mulai dari bupati hingga Gubernur. Pikiran oknum itu tadi, kami adalah suruhan dari salah satu pasangan kepala daerah. Sesungguhnya mereka salah besar.
Mereka berpikir kalau kami dapat uang dengan mengajar, terus secara tidak langsung mempengaruhi pikiran si Anak ini agar mengajak keluarga dan memilih si kepala daerah tadi. Atau dipikiran mereka itu agar kami itu berbagi uangnya yang kami terima, bukan malah menikmati sendiri. Saya ingatkan lagi, mereka salah besar.Tdak ada pemberian sedikitpun dan kami mandiri/independent.
Bukannya aku sok sok kaya, tapi bener kata tante aku " orang miskin mudah tersinggung, orang miskin lebih punya pikiran buruk terhadap sesama, orang miskin lebih mengalami kecemburuan sosial" sekali lagi maaf, Bukannya diskriminatif dan sok kaya. karena Saya sendiri hanya menerima uang dari orang tua.
Gegara opini menyimpang inilah akhirnya kami mendapat diskriminasi, kami dikucilkan dan si Ibu RT mendapat gunjingan warga seminar. Sampai akhirnya ibu RT gak tahan dan menyuruh kami berhenti menggunakan rumahnya sebagai lokasi mengajar kami.
Sungguh aku gak habis pikir darimana mereka bisa berbica demikian, calon kepala daerah mana coba yang peduli ? Atas dasar apa kalau kami mendapat fee? ah sudahlah...namanya juga manusia.
Jadi dimana sekarang lokasi kami?
Entalah, sesugguhnya aku mengharapkan lokasi permanent yang menunjukan kalau itu tempat kami.
Yang pasti semngat berbagi kami tidak akan padam
salam hangat @sschildplg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar