Senin, 16 September 2013

Generasi generasi tulisan alay



Oke cukup. Gue geli.
Kenapa gue bisa geli? Karena dikelitik. Bukan bukan, gue geli bukan karena dikelitik.
Tapi gegara temen cowok gue , sms  pakai bahasa alay versi terbaru. Namun sayang, smsnya sudah kehapus. Tapi nanti gue masukin yang dari twitter aja.

Jadi gini, kemarin gue nemuin tulisan alay baru. Kenapa baru? Karena sebelumnya gue gak pernah nemuin.
Saya flashback dulu bagaimana perkembangan bahasa alay sepengetahuan gue.

Kalo di zamannya Padji Manusia Milenium, anak alay cuman menggunakan angka dalam kalimat
Contoh
“ 54ya r3maj4 abab1l n4n jombl0 s3rt4 bu7uh k451h 5ayang”


next

Tahun tahun berikutnya kalo di zaman zamannyaya Angling darma hingga Dendam Nyi pelet, tingkat ke-alay-an kayaknya lebih rumit. Meski pada akhirnya Nyi pellet sudah maaf maafan, tapi tetap si alay gak berubah. Di zamannya ini, selain tulisan kombinasi antara huruf dan angka, ada juga campuran huruf capital. Jadinya besar kecil besar kecil tambah angka.
Ini jadinya:

*hE1 B4n6 gYd, L0H tamP4n BangE7 sih. J4DiAn Yuk?*




Ini alay zamannya si eneng 
 
Tidak hanya berhenti di sana, di tahun berikutnya meski di zaman yang sudah canggih nan modern, namun tulisan tulisan alay kayaknya gak hilang. Seperti di zamannya Si Eneng dan kutang  ajaib ini, tulisan alay tetap merajalela namun lebih simple, lebih cool dan bertele-tele.
Di sini, tulisan alay banyak mengalami beberapa fungsi huruf seperti “S” yang diganti “C” lalu ada “K” yang diganti “x” serta banyak lagi.


Tulisan alay juga lebih dipertegas dengan penghilangan beberapa bagian dari kalimat atau kata. Serta pemberian hal yang gue anggap gak perlu. Namun sesungguhnya, di zaman ini tulisan lebih mudah terbaca, karena kombinasi angka dan huruf sudah ditiadakan, dan campuran huruf capital juga sudah dibumi hanguskan. Contohnya ini:

“Ceyamadh malam Bang Gyd, Meet bubux Eyaaaa! Luph yu. Muach muaaaaach :* “



Kalo ini alay yang sudah di upgrade 
 
Sekarang ini, zamannya alay versi Kian santang dan Bima satria Garuda. Alay yang bermetamorfosis dengan abal abal. Sangat jauh perbedaanya dulu dan sekarang namun berkesinambungan. Di sini, para alay-ers sudah banyak yang euthanasia, namun tetap saja ada yang masih berkeliaran dan tetap berdiri teguh untuk menghidupkan kembali dunia alay.

Antara zaman Kian santang menuju Bima Satria garuda ini sesungguhnya berbeda. Namun gue anggap sama ajalah. Karena mereka berdua rilis hamper bersamaan.

Perbedaanya gini, di zaman kian Santang ini sudah berkurang para alay-ers dibanding zamanya Si Eneng. Gaya penulisannya juga sudah berbeda, namun alay tetaplah alay, gak akan bisa kembali ke wujud semula. Alay ditingkat ini bisa dilihat dari cara ketawanya, biar jelas langsung contoh percakapannya aja yah;


“Hei mana hatiku yang kamu curi? wkwkwkwk”
“ gkgkgkgkg, Mas joko bisa aja ngegombal. Hati kamu udah tertanam di hatiku kok. ckckck”
“Huaaaaaa, Eko jadi gemes deh ama mas Joko. Xixixixi”

Sejak nenek depan rumah gue perawan, dan sekarang tetap perawan, gak pernah gue ketemu orang yang ketawa kayak gitu. Coba kalian tiru  aja sendiri ketawa kayak gitu, bisa?



Nah sekarang kalo zamannya Bima satria Garuda, beda tipis kok sebenarnya. Dan gegara inilah gue sebenarnya jadi geli. Sejak kapan ada imbuhan aneh aneh. Dan sejak kapan juga bisa baca kata tanpa ada huruf vocal didalamnya Sebenarnya sih bukan imbuhan, hanya pemanis buatan dalam ketawa. seperti apa gyd? Seperti inilah kalo dalam kehidupan sehari hari.










Bagaimana, sering ketemu orang kayak gini? atau jangan jangan itu malah anda sendiri? huft, pfft


Tidak ada komentar:

Posting Komentar