Kamis, 22 November 2012

Aku dan Sepotong “Kumbu”-mu



Untuk kesekian kalinya aku terlalu nyaman menikmati tidur, bahkan ketika mamaku “berkokok” pun aku masih terlelap. Hanya “auman singa” papa ku lah yang bisa membuat impuls langsung menerobos dengan cepat sumsum tulang belakang. Sontak saja, kurang dari beberapa detik tubuh ini sudah berdiri tegap dengan memegang handuk yang memang tergantung di ujung kamar.

Sambil sempoyongan berjalan menuju kamar mandi, aku liat jam menunjukkan tepat pukul 06.00. “WHHAAAAAAAATT, JAM 6 !” teriakku. Seakan tidak percaya, namun tidak ada waktu lagi untuk mempercayainya. Langsung saja lari jarak pendek aku peragakan menuju kamar mandi. Hanya bermodalkan menggosok gigi dan membasahi wajah, aku sudahi mandi pagi ini.  Kalau mau mandi secara tartil, mungkin Tulus sudah mecahin jerawat untuk jatah minggu depan sementara aku baru selesai mandi.

Untungnya lagi, pagi ini tidak ada acara mandi wajib. Coba banyangin aja kalau semalam aku mimpi yang “hot” dan harus junub dengan keadaan bangun kesiangan, mungkin kepala sekolah sudah berganti dua kali sementara aku baru datang ke sekolah.


Shhttt..shhhhttt. Deodorant aku semprotkan keseluruh badan, bahkan sampai ke sela-sela pant*t. Lebih tepatnya bukan menyemprotkan, tapi membasuh badan. Lumayankan menutupi badan ini yang gak mandi. Bayangin coy, masuk jam setengah tujuh pulang jam 5. Siapa yang gak capek dan keringatan ? Maka dari itu, hari ini aku membawa bekal minyak wangi. Jadi kalau ada teman yang mencurigakan. Langsung saja jampian minyak wangi disemprotkan.

Tepat pukul 06.23 aku langsung berangkat kesekolah. Kalau diajak balap pada saat itu, Rossi baru mau ngengkol motor, aku sudah finish duluan sangkin ngebutnya. Kali ini aku beruntung, barulah ujung ban motor memasuki gerbang, bel  sekolah mulai berbunyi. Kalau kejadian itu adalah sebuah film, pasti sudah berapa kali di-reply slow motion-nya. Mulai dari tampilan kamera samping, dari depan, lalu di zoom out dari atas, lalu dari samping lagi ketika memasuki garis gerbang, bahkan dari sudut pandang dalam knalpot.

Namanya juga bangun kesiangan, jangankan mau sarapan, mau mikirin sarapan saja sudah terlambat. Pengennya itu sebelum masuk kelas, sarapan sebentar di kantin. Eh, barulah pegang kumbu, baru ingat kalau dompetku ketinggalan dirumah. Langsung saja liat kiri-kanan, Naas tidak ada teman deket yang bisa dipinjam dulu uangnya. Serentak saja tangan ini meletakkan kembali kumbu, sementara liur ini sudah membanjiri lantai sedari tadi. Seakan tangan ini menolak itu mengembalikan makanan berisi kacang hijau itu, namun batin ini berteriak “JANGAN EGYYYD !!!, kamu gak boleh makan yang bukan punya kamu. Haram tau!”

Aku tertunduk lesu, lesu tak berdaya. Kalau balik ke kelas terus mau pinjam duit teman kelas, jam istirahat baru ada lagi jam 10, lah sekarang baru jam setengah7 lewat. Masih Lamaaaaaa :’(

Kita telah lewati rasa yang pernah mati
 Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku

Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukku, seluruh kumbu ini

Seakan lagu ini membawa suasana laparku yang semakin membara, padahal aku ada riwayat sakit maag. Yang ada dibenakku itu bukan masalah maag ku kumat, tapi bagaimana jika nanti waktu aku dikelas terus pingsan. Kan gak lucu jika lisma yang bantuin ngangkat, terus teriak –teriak minta bantuan. Enak kalau dia hanya teriak, bagiamana kalau dia langsung beri napas buatan ? jangan dibayangin.

Kembali ke masalah sarapan pagi. Barulah aku keluar dari kantin dengan lesu, ternyata datanglah seorang cowok bak malaikat menghampiri. Sepertinya selama di kantin itu dia menjelma secret admirer, mengamati setiap gerakku, menelusuri setiap jejakku, dan mendengarkan setiap perkataanku, bahkan suara hatipun ia dengarkan. Nampaknya dia tahu sekali dengan kegundahan yang aku rasakan, dengan kelaparan yang melandaku pagi ini. Tanpa basa-basi dia memasukan lagi kumbu yang telah dia gigit ke wadah plastik dan memberikannya kepadaku. Sontak saja aku kaget, makanan yang sudah digigit lalu dikasih ke aku, mana masih ada ingus yang lengket di pinggirannya itu..jijay markijay.

Namanya juga manusia. Manusia itu butuh untuk dihargai, sama halnya dengan cowok pemberi kumbu ini. Dengan senyuman terindah aku menerima kumbu “bekas” tersebut dan memasukkanya ke dalam tas. Mungkin dalam pikiranku, jika dia sudah jauh dariku, langsung kumbu ini aku injak-injak terus aku buang ke posisi terdalam dari tong sampah.

Namun rencanaku itu tertunda dulu, karena jam pelajaran sudah dimulai. Sontak saja aku langsung ke kelas dengan kumbu  masih di dalam tas. Satu jam pelajaran pertama lapar mulai terasa, sejam berikutnya perrut sudah melilit-lilit, masih ada 2 jam pelajaran lagi baru bisa menikmati jam istirahat. Namun apa daya, baru 3 jam pertama rasanya huuuuuaaa banget lapernya. Asli enggak ketahan.

Aku baru ingat jika di dalam tas ada kumbu yang di berikan padaku tadi. Waktu si guru lagi keluar kelas sebentar, saat itulah aku rasa waktu paling tepat untuk menimkati kumbu tersebut. Langsung saja aku keluarkan dari wadah plastiknya dan… LEEEP. Seketika kumbu itu lenyap sekali telan.

Tapii…kumbu itukan, kumbu menjijikan yang seharusnya aku buang, kenapa malah aku makan. Hoaaaaakkk! rasanya aku ingin sekali memuntahkannya, namun air mata ini sudah terlebih dahulu menetes, meratap nasib Aku kecewa. Aku terduduk lesu, tidak ada aliran energy lagi mengalir.. Bahkan tengkurap dilantai pun aku tak mampu. Aku pingsan.