Senin, 10 Maret 2014

Thomas Alfa



Kita berjumpa lagi dalam cuap-cuap gak jelas dari seorang master chef Egyd Tradiga. Kali ini kita akan membahas sesuatu, iya sesuatu. Sesuatu yang ada dihatiku, sesuatu.

Mari kita membahas biografi Thomas Alfa Edison versi pandangan saya. Beliau ini masih sepupuan sama nenek dari sebelah mama, jadi sedikit informasi dan pengalaman hidup yang bisa saya dapatkan dari dia.

Oh iya.. Kalau dari keluarga kami itu biasanya manggil beliau ini dengan sebutan “Mas” diambil dari kata Thomas. Mungkin gegara kami sudah kenal akrab kali yah. Si mas ini gak pernah dekat banget dengan sesorang, karena seseorang itu gak pernah dekat dengan dia.
Terus si mas ini juga gak pernah percaya dengan orang,  karena orang gak pernah percaya dengan dia.

Terus karena Mas ini merasa sendiri, merasa sepi, merasa dunia ini kelam. Akhirnya dia berusaha membuat dunia ini bersinar, dan terang terus terang hingga bersilau. Sampai akhirnya Mas mampu membuat dunia bersinar terang. Dialah Thomas Alfa Edisin penemu bola kaki pertama kali.

sumber: google.com


Jumat, 07 Maret 2014

Udah Hamili Aja!

Ada yang tahu felix siauw?
Yap.. Betul. Beliau adalah pelawak ustadz kondangan yang juga seorang penulis buku.
Buku beliau juga termasuk best seller, buat kaula muda nan muslim yang taat. Pasti mereka sudah baca atau minimal pernah dengar buku "Udah Putusin Aja!" atau "Yuk berhijab". Dua jenis buku itu adalah om felix yang nulis.

Berhubung gue penggemar om felix sejak lahir, maka gue termotivasi buat sama atau minimal mendekatilah kayak idola gue ini. Beliau menebar kebaikan kesesama, gue juga menebar kasih sayang. Beliau nulis buku, gue gak mau ketinggalan buat nulis juga. tetap terinspirasi sama beliau, gue bakal nulis buku yang sama greget buat kaula muda. Buku apa itu? inilah bukunya:

coming soon



Buku ini bakal gue persembahin buat pasangan dewasa tapi malu-malu. Kenapa ngelakuin hal semacam ini mesti malu-malu? Tinggal saling percaya dan menguatkan, lalu hamil. selesai.

Uppss... Tentunya buku ini khusus mereka yang sudah menikah namun terlalu sibuk, takut, malu, dan sebagainya, yang laki-laki masih ragu buat jadi ayah dan yang perempuan takut buat hamil.

Kenapa tidak mau mempunyai anak? Bukannya anak adalah penerus kalian, bukankah tanpa anak sebuah keluarga terasa kurang sempurna. Banyak diluar sana yang tidak bisa mempunyai keturunan, namun kenapa kalian malah takut mempunyai momongan?


(31). وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖنَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚإِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

Ayo jangan takut mempunyai keturunan. Ayo!






          

   


Sabtu, 01 Maret 2014

Newbie



Buat kalian mahasiswa. Jika kalian harus memilih, lebih baik tinggal di rumah keluarga atau ngekos?
*keluarga disini kita anggap nenek, kakek, oom atau tante yang sepertalian darah*

Heemm… jawabannya relatif. Karena semua punya plus minusny. Meski sebenarnya jika kita bisa menjalani dengan baik, semua nilai plusnya itu pasti menutupi semua minusnya. Namun kembali pada individu masing-masinglah dengan pola pikir dan cara menempatkan diri.


Kalau saya dikasih pilihan kayak gitu, saya bakal milih tinggal dengan keluarga. Kenapa? Karena untuk anak seumuran saya yang masih belasan tahun itu butuh dan teramat perlu dengan sebuah pengawasan. Bahkan teramat haus dengan cinta.

Kalau mau diturutkan dengan keegoisan, mungkin tinggal di kosan atau sewa kontrakan lebih baik dengan pemikiran bisa bebas. Tapi tapi tapi…. Mungkin memang dalam kondisi seperti ini kedewasaan itu teramat perlu.

Apa coba untungnya bebas? Bisa keluar malem? Terus apa guna keluyuran malem? Ujung-ujungnya pasti kerja gak bener. Sedangkan gak bebas aja sudah gak bener.

Kalau saya bebas, terus bisa sesuka hati? Bisa bawa cowok cewek ke rumah? Terus ceweknya disuruh ngecat rumah? Terus motong rumput? Terus langsung disuruh jaga siskamling komplek? Gitu?


Oke kembali ke cerita tinggal dengan keluarga tadi. Sebenarnya sudah hampir 2 tahun. Gak sampai 3 bulan lagi genap 2 tahun saya tinggal sama tante. Tepatnya mulai dari mulai bimbel SNMPTN sampai sekarang masih bimbel SNMPTN sudah kuliah semester empat. Coba kalau gak kuliah, mungkin saya sudah nikah terus gendong 2 anak. Dari istri pertama. Shit! Kenapa mikir istri terus dari tadi, mungkin sudah bawaannya yang terlalu mapan.

Tinggal dengan keluarga itu enak, sangat sangat enak. Apalagi kalau keseluruhan isi rumah bisa diajak bercanda, misal aja ada yang cerita konyol sampai seisi rumah ketawa. Atau ada yang cerita sedih sampai seisi rumah ketawa karena si pencerita mukanya lebih menyedihkan. Ada!

Kalau dengan keluarga sendirikan enak, mau makan yah tinggal ikut isi rumah. Kalau ada makanan yah tinggal makan, kalau gak ada yah tetap harus makan. Yo madai katek makanan di meja terus nangis menantap nanar di meja? Terus sangkin lapar laju maka meja. Paling idak masak mie bae. Kalau bicara makanan, makanan sit ante itu LUAAALLL biasa enak. You must try it, apalagi kalau menyangkut hal semacam pempek dan tekwan. Kalau sayur, everything about tumis menumis so yummy yummy. And lauk, you know lauk? Kalau gak tahu, pergi ke lauk aja loh! Lauknya itu yang paling greget pindang ikan gabus, wong Palembang pasti tahu, tapi yang idak lemak, yang lemak tu yang tante aku nilah.idak mudi idak.

Memang segala sesuatu itu gak akan selalunya berjalan lurus, selalu ada celah kita buat terus belajar agar bisa jadi baik dalam hal kekeluargaan. Namanya juga proses belajar. Pelajaran yang gak akan ditemukan dalam bangku sekolah atau lembaran teksbook tebal. Dan saya menikmati.

Dan hari ini tertanda 1maret, saya mencari tantangan baru, belajar dengan masyarakat langsung dengan mandiri untuk mendapatkan pelajaran yang lebih banyak lagi. Pelajaran mengenai hidup dalam lingkungan sekitar, belajar mandiri sebelum saya terpaksa mandiri untuk keluarga.



Dan pastinya saya bakan merindukan kamar ini, 2 tahun bang :’(