Untuk
kesekian kalinya aku terlalu nyaman menikmati tidur, bahkan ketika mamaku “berkokok”
pun aku masih terlelap. Hanya “auman singa” papa ku lah yang bisa membuat
impuls langsung menerobos dengan cepat sumsum tulang belakang. Sontak saja, kurang
dari beberapa detik tubuh ini sudah berdiri tegap dengan memegang handuk yang
memang tergantung di ujung kamar.
Sambil
sempoyongan berjalan menuju kamar mandi, aku liat jam menunjukkan tepat pukul
06.00. “WHHAAAAAAAATT, JAM 6 !” teriakku. Seakan tidak percaya, namun tidak ada
waktu lagi untuk mempercayainya. Langsung saja lari jarak pendek aku peragakan
menuju kamar mandi. Hanya bermodalkan menggosok gigi dan membasahi wajah, aku
sudahi mandi pagi ini. Kalau mau mandi
secara tartil, mungkin Tulus sudah mecahin jerawat untuk jatah minggu depan
sementara aku baru selesai mandi.
Untungnya
lagi, pagi ini tidak ada acara mandi wajib. Coba banyangin aja kalau semalam
aku mimpi yang “hot” dan harus junub dengan keadaan bangun kesiangan, mungkin
kepala sekolah sudah berganti dua kali sementara aku baru datang ke sekolah.
Shhttt..shhhhttt.
Deodorant aku semprotkan keseluruh
badan, bahkan sampai ke sela-sela pant*t. Lebih tepatnya bukan menyemprotkan,
tapi membasuh badan. Lumayankan menutupi badan ini yang gak mandi. Bayangin
coy, masuk jam setengah tujuh pulang jam 5. Siapa yang gak capek dan keringatan
? Maka dari itu, hari ini aku membawa bekal minyak wangi. Jadi kalau ada teman
yang mencurigakan. Langsung saja jampian minyak wangi disemprotkan.
Tepat
pukul 06.23 aku langsung berangkat kesekolah. Kalau diajak balap pada saat itu,
Rossi baru mau ngengkol motor, aku sudah finish duluan sangkin ngebutnya. Kali ini
aku beruntung, barulah ujung ban motor memasuki gerbang, bel sekolah mulai berbunyi. Kalau kejadian itu
adalah sebuah film, pasti sudah berapa kali di-reply slow motion-nya. Mulai
dari tampilan kamera samping, dari depan, lalu di zoom out dari atas, lalu dari
samping lagi ketika memasuki garis gerbang, bahkan dari sudut pandang dalam
knalpot.
Namanya
juga bangun kesiangan, jangankan mau sarapan, mau mikirin sarapan saja sudah terlambat.
Pengennya itu sebelum masuk kelas, sarapan sebentar di kantin. Eh, barulah
pegang kumbu, baru ingat kalau dompetku ketinggalan dirumah. Langsung saja liat
kiri-kanan, Naas tidak ada teman deket yang bisa dipinjam dulu uangnya. Serentak
saja tangan ini meletakkan kembali kumbu, sementara liur ini sudah membanjiri
lantai sedari tadi. Seakan tangan ini menolak itu mengembalikan makanan berisi
kacang hijau itu, namun batin ini berteriak “JANGAN EGYYYD !!!, kamu gak boleh
makan yang bukan punya kamu. Haram tau!”
Aku
tertunduk lesu, lesu tak berdaya. Kalau balik ke kelas terus mau pinjam duit
teman kelas, jam istirahat baru ada lagi jam 10, lah sekarang baru jam setengah7
lewat. Masih Lamaaaaaa :’(
Kita telah lewati rasa yang pernah mati
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukku, seluruh kumbu ini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukku, seluruh kumbu ini
Seakan
lagu ini membawa suasana laparku yang semakin membara, padahal aku ada riwayat
sakit maag. Yang ada dibenakku itu bukan masalah maag ku kumat, tapi bagaimana
jika nanti waktu aku dikelas terus pingsan. Kan gak lucu jika lisma yang
bantuin ngangkat, terus teriak –teriak minta bantuan. Enak kalau dia hanya
teriak, bagiamana kalau dia langsung beri napas buatan ? jangan dibayangin.
Kembali
ke masalah sarapan pagi. Barulah aku keluar dari kantin dengan lesu, ternyata
datanglah seorang cowok bak malaikat menghampiri. Sepertinya selama di kantin
itu dia menjelma secret admirer,
mengamati setiap gerakku, menelusuri setiap jejakku, dan mendengarkan setiap
perkataanku, bahkan suara hatipun ia dengarkan. Nampaknya dia tahu sekali
dengan kegundahan yang aku rasakan, dengan kelaparan yang melandaku pagi ini. Tanpa
basa-basi dia memasukan lagi kumbu yang telah dia gigit ke wadah plastik dan
memberikannya kepadaku. Sontak saja aku kaget, makanan yang sudah digigit lalu
dikasih ke aku, mana masih ada ingus yang lengket di pinggirannya itu..jijay
markijay.
Namanya
juga manusia. Manusia itu butuh untuk dihargai, sama halnya dengan cowok
pemberi kumbu ini. Dengan senyuman terindah aku menerima kumbu “bekas” tersebut
dan memasukkanya ke dalam tas. Mungkin dalam pikiranku, jika dia sudah jauh
dariku, langsung kumbu ini aku injak-injak terus aku buang ke posisi terdalam
dari tong sampah.
Namun
rencanaku itu tertunda dulu, karena jam pelajaran sudah dimulai. Sontak saja
aku langsung ke kelas dengan kumbu masih
di dalam tas. Satu jam pelajaran pertama lapar mulai terasa, sejam berikutnya
perrut sudah melilit-lilit, masih ada 2 jam pelajaran lagi baru bisa menikmati
jam istirahat. Namun apa daya, baru 3 jam pertama rasanya huuuuuaaa banget
lapernya. Asli enggak ketahan.
Aku
baru ingat jika di dalam tas ada kumbu yang di berikan padaku tadi. Waktu si
guru lagi keluar kelas sebentar, saat itulah aku rasa waktu paling tepat untuk
menimkati kumbu tersebut. Langsung saja aku keluarkan dari wadah plastiknya dan…
LEEEP. Seketika kumbu itu lenyap sekali telan.
Tapii…kumbu
itukan, kumbu menjijikan yang seharusnya aku buang, kenapa malah aku makan.
Hoaaaaakkk! rasanya aku ingin sekali memuntahkannya, namun air mata ini sudah
terlebih dahulu menetes, meratap nasib Aku kecewa. Aku terduduk lesu, tidak ada
aliran energy lagi mengalir.. Bahkan tengkurap dilantai pun aku tak mampu. Aku
pingsan.