Jumat, 08 Februari 2013

Kamu Nanti ? Mungkin.



Konspirasi ! Tidakkah kau dengar semesta pun bertasbih ?! Tuhan, hilangkan aku dari peradaban!


Sebuah pernyataan mengejutkan terlontar memecah kesunyian, memantulkan gema antar sekat, menyatukan semua pandangan padanya. Bahkan, sang pemukul palu pun terhenyap, gemetar.
Hari ini penyelidikan pertama kasus korupsi pertambangan milik negara senilai 20 miliar rupiah yang menjerat seorang Kepala Sekolah, setelah sebelumnya telah ditetapkan 4 terdakwa masing-masing direktur perusahaan tambang bernama Lukito, Galih seorang pemborong pengadaan mesin, aparatur desa bernama Aries, serta pemilik lahan yang banyak dibeli perusahaan bernama Tulus.
Jika melihat ke belakang. Terjadi pengeboran besar-besaran di daerahku, pembukaan lahan terjadi di pelbagai sudut kampung. Bahkan halaman sekolah sekalipun. Maka perubahan fungsi halam sekolah menjadi sumur bor pun terjadi.
Dengan disaksikan aparatur desa, pemilik lahan serta kepala sekolah, maka transaksi jual beli separuh halaman sekolah dilakukan. Uang hasil penjualan diserahkan kepada kepala sekolah untuk mengembangkan sekolahnya.
Dengan uang itulah akhirnya si kepala sekolah menjadikan sekolah tersebut benar-benar menjadi “sekolah”. Tidak ada lagi siswa  yang tidak punya buku tulis, tidak ada lagi yang berseragam partai kesekolah. Semua sama, semua karena uang lahan sekolah mereka sendiri, lahan untuk berolahraga, lahan untuk mereka berlarian sepulang sekolah, serta lahan untuk menarikan sang saka merah putih jauh di puncak sana. Kini sudah terjual.
**
Oemar bakrie, oemar bakrie
40 tahun mengabdi
Oemar bakrie, oemar bakrie
Banyak ciptakan negeri
Membayangkan nasib kepala sekolah yang kini di tetapkan sebagai tersangka. Bekerja setiap hari, membangun serta menciptakan lulusan yan berkualitas, meski mereka tidak mengetahui kasus apa yang menimpa kepala sekolahnya sekarang.
Seharian aku berkutat di depan laptop, mencari semua akar penyebab terkaitnya kepala sekolah terhadap korupsi besar-besaran ini. Mencari siapa penggagas utamanya, atau mungking,  satu dari empat terdakwa sebelumnya?
Ku kunjungi mereka yang terkait. Mendatangi dan bertanya, merasakan dan menjelma menuju situasi 20 tahun silam. Dan ternyata….
“Tidak tidak, kenapa harus dia.” Pikirku dalam hati. 
*** 

 Bukan lah tersembunyi. Bukanlah sepi membuatnya sunyi. Hanya binar-binar lampu neon dan tumpukan lembaran kertas di hadapan mereka. Lembaran bernama rupiah.
Mereka. Iya, mereka. Seorang Menteri negara dan empat orang bawahanya melakukan rapat terselubung di ruangan kantor. Ruangan kecil yang jarang didatangi, menjadikan semua lebih aman tanpa diketahui. Untuk sebuah misi.
Mereka tampak terpaku melihat tumpukan uang tersebut. Semua memaku diam. Hanya nafsu harta yang memuncak melebihi klimaks. Kemana zuriatnya ?
“ Bagaimana, beres ?” Tanya Menteri.
“ Beres Pak, sidang hari ini telah menetapkan ia sebagai tersangka, tinggal menunggu waktu saja agar ia di tetapkan terdakwa.” Jawab seorang bawahanya.
“ Memang penjahat seperti mereka harus dilenyapka.” Timpal bawahan lainnya.
“Bagus. Bagus. Sekarang kalian terima uang ini, anggap bonus untuk kalian yang telah menyelesaikan kasus korupsi.” Kata menteri dengan wibawahnya. Memang Ia terkenal dengan kemurahan hatinya dan kepolosan akan bawahannya. Ia selalu royal terhadap semua bawahannya, apalagi yang berprestasi menyelesaikan masalah, termasuk ke lima orang ini. Mereka adalah Rio, Janita, Dony, Jeni dan Gurruh, yang telah mengabdi pada negara sejak 25 tahun terkhir, dan mereka adalah sahabat dekat, bahkan sejak SMA. Sedangkan menteri tersebut adalah Bapak Catu Akbar, yang baru 3 bulan menduduki kursi kabinet untuk menggantikan menteri sebelumnya yang sakit.
 ***



Beberapa saksi hidup telah aku temui, bahkan aparatur desa dan negara pun tak terlepas. Begitu juga kepada KPK yang independent terhadap campur tangan pemerintahan, satu nama yang bisa menjelaskan semua ini, yaitu Rio. Juru bicara seorang menteri negara dan yang pasti, sahabatku sendiri. sahabat  kecilku.
Langsungku cari namanya di kontak hp ku dan berharap masih masih bisa dihubungi, karena satu tahun ini aku miss communication dengannya. Kami sibuk masing-masing, terutama dia.
Tuut…tuuut. “Ternyata masih bisa di hubungi,”
“Assalamualaikum,” aku buka pembicaraan.
“Waalaikumsalam, siapa ?”
“Egyd, dan aku harap Engkau akan ingat denganku setelah kita bertemu nanti malam, jam 7 di rumahmu. Aku kesana, ada yang ingin aku tanyakan.”
Tuut..tuut..tuut, langsung kumatikan teleponya. Bukan kenapa, rasanya sock ketika seorang teman terbaik bisa melupakan kita, bahkan dengan suara kita pun ia tak kenal, itu terlihat ketika ia bertanya siapa aku. “Apa nomor teleponku telah ia hapus ? apa ia lupa denganku, dengan suaraku ?” tanyaku dalam hati. “terserahlah, yang penting aku ingin mengetahui kasus sebenarnya yang menimpa kepala sekolah. Dia mau ingat mau tidak denganku, itu urusan dia.”
**
Tepat jam 7 aku turun dari mobil menuju rumahnya. Sebenarnya sejak 15 menit yang lalu aku telah tiba, namun sesuai janjiku jam 7, aku hanya berdiam diri di dalam mobil sembari menunggu.
Tanpa basa-basi langsung, aku utarakan maksud menemuinya, bukan untuk temu kangen, tapi untuk sesuatu yang lebih penting.
“Kamu yang menangani kasus korupsi pertambangan di daerahku, Rio?” tanyaku.
“iya memang, mereka memang layak mendapatakannya?”
“Aku tahu itu. Tapi apa kamu yakin kalau mereka memang bersalah? bukti yang kalian utarakan itu hanya sepihak, hanya dari kalian para orang besar, bukan bukti dari sisi mereka” jawabku kesal.”
Ku tatap wajahnya yang sok suci, “Dan kamu tahu, Rio, mereka semua teman kita! Kau tahu reno? ia yang membesarkan nama sekolah disana, tapi kamu! kamu jebloskan dia ke penjara. Kamu tak tahu uangnya itu bukan ia gunakan untuk membangun diri, tapi membangun negeri, membangun para penerus yang jauh bertolak belakang seperti kamu, bukan kamu tapi kalian!” Ku tunjukaan jari ke wajahnya.
“Pelangi itu satu. Putih. Namun bias membuat semuanya indah, ragam di angkasa, diantara bulir hujan yang akan berhenti, sungguh elok. Namun kita bukanlah pelangi, kita itu…”
“kita itu sudah diciptakan berteman,” langsung ku potong pembicaraanya, “kita itu sudah diciptakan berteman, walaupun kadang saling menikam.”
Rio terhentak. Diam. “ Temui aku hari senin, di sekolahan Reno jam 7 pagi.” Tantangku.
 ***

 Saat separuh isi kantor belum tiba, saat semua dari itu masih di karungi rasa kantuk yang besar. Saat itulah pembicaraan terjadi antara Bapak Catur dan Guruh.
“Pemikiranmu bagus sekali gur.” Puji Catur. Saya bangga bisa bekerja sama denganmu. Caramu mengungkap kasus itu luar biasa sekali.
“Bukanlah hal mudah, Pak. Namun aku bisa mengatsinya semua. Biar semua ada di genggamanku.” Jawabnya sombong.
“Bagus, nanti siang jam satu temui saya di ruangan ini. Ada bonus tambahan untukmu, jangan bilang pada empat temanmu yang lain, ini khusus untuk partner  cerdas sepertimu”
“Waw, menggiurkan Pak”
 ***

“Kenapa kau menyuruhku datang pagi seperti ini ?” Tanya Rio kesal.
“ Kau tahu ini hari apa ? kau tahu makna merah putih di tongkat panjang ini apa ? lalu mana semangat juangnya untuk semua ini ? kau tahu kenapa ?
Rio terheran-heran dengan maksud pembicaraanku, ia hanya melihat bahwa bendera sudah berada di atas sana. Lalu ia teringat bahwa hari ini senin, hari dimana ceremonial dilakukan. Lalu mana upacaranya ? Mana semangat juangnya ? Kenapa tiba-tiba bendera ini sudah diatas ? Apa memang tidak ada upacara lagi ? Kalau iya, kenapa ? Beragam Tanya terhambur dari otaknya. Ia baru menyadaari bahwa sekolah ini tidak punya halaman. Tidak ada tempat untuk melakukan penghormatan hari senin. Ia lahap jawaban dari pertanyaanya sendiri. Ia paham mengapa aku menyuruhnya kesini.
“Jika lisanmu tak mampu berbicara; biarlah matamu yang menyampaikan.”Kataku. “Ini yang aku katakan bahwa terkadang apa yang kamu ketahui belum tentu nyata. It’s not about true or false, it’s about right or wrong.”
Rio lalu duduk pada  mesin bor yang sudah tidak dijalankan. Sudah berapa hari sumur bor berhenti melakukan operasi karena diputusnya suplai dana dari pusat, sementara mesin-mesin sudah semakin tua dan butuh perawatan. Sebenarnya pemutusan sudah dilakukan sejak 3 tahun yang lalu, namun semua mesin tetap bisa jalankan berkat perputaran uang yang dilakukan Lukito selaku ketua pengeboran di daerah sini. Uang hasil kilang ia serahkan sebagian ke pusat dan sebagian lagi untu menjalankan kilang minyak. Dengan dalih membuat laporan jumlah minyak bumi sebanyak separuh hasil uang yang ia beri ke pusat. Namun perputaran uang inilah yang membuat dia terjerat kasus hukum.
Lalu rio memandangiku “Apa maksudmu ?”
“Kau lihat pakaian yang ada di jemuran sana?” Sambil menunjuk arah jemuran warga.
“Iya lihat, kenapa ?” Timpalnya “Hubungannya apa? Kamu mau aku mengambil seluruh bra yang ada disana terus aku kasih tulisan true and right di kiri dan kanan dan aku bawa pulang?”
“Jika iya kamu lakukan, itu tindakan yang salah, bukan ?”
“Pertanyaan bodoh. Ya jelas salah. Itu tidak dibenarkan. Sangat tidak dibenarkan. Itu pelecehan dan pencurian.”
“Jika ada seorang perempuan nyaris diperkosa d engan bertelanjang diridan keluar dari hutan sana dan minta pertolongan dengan kita, apakah betul tindakan kita memberikan pakaian lengkap dengan bra yang ada di jemuran sana ?”
“Nah itu itu baru betul, lagian juga aneh-aneh pikiran kamu.”
“Apakah itu benar?”
“Dapat dibenarkan.”
“Kenapa?”
“Yah, untuk menutupi auratnya lah. Namanya juga mendesak.”
“Iya karena kamu tahu keadaan si wanita. Namun lain halnya dengan si pemilik pakaian, bisa saja dia menuduh si wanita tersebut pencuri dan juga melaporkanmu karena telah bekerja sama mencuri pakaiannya.”
Rio hanya menggelengkan kepalanya saja. Ia tak mengerti apa maksud dari perkataanku. Dalam benaknya, mana mungkin si pemilik pakaian akan melaporkan. Karena ia tahu, tidak mungkin membiarkan perempuan nyaris di perkosa untuk telanjang diri.
Aku diam sambil menarik napas  perlahan, “ memang itu tindakan yang betul, tapi tidak benar, namun dapat dibenarkan dengan alasan yang tepat. Meski bagaimanapun, itu termasuk perbuatan mencuri. Kamu sendiri mengatakan pencurian sangat tidak dibenarkan. Sama halnya dengan korupsi dan perputaran uang yang sekarang kalian besar-besarkan. Kamu dapat membenarkan si pengambil pakaian karena kamu tahu sendiri keadaanya. Tapi, apakah kamu tahu keadaan mereka sebelumnya yang telah ditetapkan terdakwa sekarang, karena kalian!”
“Kamu liat mesin bor yang kamu duduki, kenapa baru berhenti operasi semenjak Lukito ditahan? Kamu liat gedung sekolah ini yang sudah permanen, kira-kira anggaran dari mana ?”
Akhirnya aku ceritakan semua mengenai uang penjualan lahan yang dikelolai dengan sangat sangat baik oleh Reno. Aku ceritakan bagaimana perputaran uang yang dilakukan Lukito. Bagaimana Tulus dapat membangun masjid , jembatan, dan memperbaiki jalan dari sebagian penjualan lahannya, bukan hasil manipulasi uang. Lalu pengadaan mesin yang dihasilkan langsung dari perusahaan Galih, bukan berasal dari tangan orang kedua ataupun ketiga. Bahkan Aries yang didakwa menikmati dua nasi bungkus saat perundingan jual beli lahan sekolah, padahal sebenarnya rumah makan memberikan bonus nasi bungkus satu.
Rio seakan tak percaya dengan semuanya. Usahanya menegakkan keadilan sebenarnya salah total. “Lalu anggaran 20 M itu kemana?” Tanyanya kesal.
“Kepada orang yang menciptakan rekayasa ini, menjebak semua teman kita, sampai kapan pun mereka teman kita. Satu lagi, selamatkan teman kita yang bekerja sama membahas masalah ini denganmu, aku tidak ingin temanku terjebak lagi. Aku mohon, kamu lah yang dapat mengungkapkan semuanya. Kamulah itu. Kamu tahu seorang dibalik ini semua”
Seketika Rio mengambil Hp di saku kanannya, dicarinya dengan marah kontak dengan nama “Bapak catur”. Entah apa yang ia ungkapkan, yang pasti dia langsung pergi setelahnya, sambil menjauh dia menoleh kepadaku, dan berkata” Beruntung aku punya teman sepertimu, karena kamu akan selalu menjadi right man on the right place.” Lalu ia pergi dengan mobilnya.
*** 

Jam menunjukan pukul satu.
Dengan semangat, Guruh menuju sebuah ruangan. Dimana dia dan bapak catur sudah berjanji untuk mendapatkan hadiah disana. Perlahan ia pegang pedal pintu, ia putar, ia dorong dengan perlahan, ia mulai menginjakan kaki ke dalam, diikuti seluruh tubuh. Ia tutup kembali pintu, lalu berbalik arah, dan….
**
“Aku tidak menyangka ini semua hanya skenario.”
“Hahaha, sekarang kamu baru menyadari? Menteri macam apa kamu? Kalian, iya kalian, Doni, Janita, Jeni, dan Rio,” sambil menujuk dengan mulut, sementara tangannya sedang diborgol, “Kalian bebaskan teman kalian yang suci itu, bilang ini hanya main-main dari Guruh. Hahaha.” Teriaknya dengan penuh tawa.
Bukanlah hadiah yang dijanjikan oleh  bapak Catur yang Guruh terima, melainkan sambutan hangat dari polisi yang sudah standby di ruangan sedari tadi. Iya, Rio menelpon bapak Catur untuk memberitahukan semua yang terjadi. Kontan saja, bapak catur langsung menelpon polisi. Lalu Guruh ditetapkan sebagai tersangka korupsi uang 20 miliar, dia memanipulasi seluruh orang yang terlibat dengan proyek tersebut untuk menutupi semua hasil korupsinya. Sementara Reno, Lukito, galih, Tulus, bahkan Aries, semua bebas dari tuntutan. Bahkan mereka sempat menjadi public figure untuk beberapa pekan.
Kini, kesepuluh dari mereka akan selalu ada dalam bagian lobus sinistra cerebrum ku
**

Pelangi itu satu. Putih. Namun bias membuat semuanya indah, ragam di angkasa, diantara bulir hujan yang akan berhenti, sungguh elok.

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Qs. an-Nisa’ : 29 )
Lah tahzan, innallah ma’ana
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar