Konspirasi ! Tidakkah kau dengar semesta pun bertasbih ?! Tuhan, hilangkan aku dari peradaban!
Sebuah pernyataan mengejutkan terlontar
memecah kesunyian, memantulkan gema antar sekat, menyatukan semua pandangan
padanya. Bahkan, sang pemukul palu pun terhenyap, gemetar.
Hari
ini penyelidikan pertama kasus korupsi pertambangan milik negara senilai 20
miliar rupiah yang menjerat seorang Kepala Sekolah, setelah sebelumnya telah
ditetapkan 4 terdakwa masing-masing direktur perusahaan tambang bernama Lukito,
Galih seorang pemborong pengadaan mesin, aparatur desa bernama Aries, serta
pemilik lahan yang banyak dibeli perusahaan bernama Tulus.
Jika melihat ke belakang. Terjadi pengeboran
besar-besaran di daerahku, pembukaan lahan terjadi di pelbagai sudut kampung. Bahkan
halaman sekolah sekalipun. Maka perubahan fungsi halam sekolah menjadi sumur
bor pun terjadi.
Dengan disaksikan aparatur desa, pemilik lahan
serta kepala sekolah, maka transaksi jual beli separuh halaman sekolah
dilakukan. Uang hasil penjualan diserahkan kepada kepala sekolah untuk
mengembangkan sekolahnya.
Dengan uang itulah akhirnya si kepala sekolah
menjadikan sekolah tersebut benar-benar menjadi “sekolah”. Tidak ada lagi
siswa yang tidak punya buku tulis, tidak
ada lagi yang berseragam partai kesekolah. Semua sama, semua karena uang lahan
sekolah mereka sendiri, lahan untuk berolahraga, lahan untuk mereka berlarian
sepulang sekolah, serta lahan untuk menarikan sang saka merah putih jauh di
puncak sana. Kini sudah terjual.
**
Oemar bakrie,
oemar bakrie
40 tahun mengabdi
Oemar bakrie,
oemar bakrie
Banyak ciptakan
negeri
Membayangkan
nasib kepala sekolah yang kini di tetapkan sebagai tersangka. Bekerja setiap
hari, membangun serta menciptakan lulusan yan berkualitas, meski mereka tidak
mengetahui kasus apa yang menimpa kepala sekolahnya sekarang.
Seharian aku
berkutat di depan laptop, mencari semua akar penyebab terkaitnya kepala sekolah
terhadap korupsi besar-besaran ini. Mencari siapa penggagas utamanya, atau
mungking, satu dari empat terdakwa
sebelumnya?
Ku kunjungi
mereka yang terkait. Mendatangi dan bertanya, merasakan dan menjelma menuju situasi
20 tahun silam. Dan ternyata….
“Tidak
tidak, kenapa harus dia.” Pikirku dalam hati.
Bukan lah tersembunyi. Bukanlah sepi
membuatnya sunyi. Hanya binar-binar lampu neon dan tumpukan lembaran kertas di
hadapan mereka. Lembaran bernama rupiah.
***
Mereka. Iya, mereka. Seorang Menteri
negara dan empat orang bawahanya melakukan rapat terselubung di ruangan kantor.
Ruangan kecil yang jarang didatangi, menjadikan semua lebih aman tanpa
diketahui. Untuk sebuah misi.
Mereka tampak terpaku melihat tumpukan
uang tersebut. Semua memaku diam. Hanya nafsu harta yang memuncak melebihi
klimaks. Kemana zuriatnya ?
“ Bagaimana, beres ?” Tanya Menteri.
“ Beres Pak, sidang hari ini telah
menetapkan ia sebagai tersangka, tinggal menunggu waktu saja agar ia di
tetapkan terdakwa.” Jawab seorang bawahanya.
“ Memang penjahat seperti mereka harus
dilenyapka.” Timpal bawahan lainnya.
“Bagus.
Bagus. Sekarang kalian terima uang ini, anggap bonus untuk kalian yang telah
menyelesaikan kasus korupsi.” Kata menteri dengan wibawahnya. Memang Ia
terkenal dengan kemurahan hatinya dan kepolosan akan bawahannya. Ia selalu
royal terhadap semua bawahannya, apalagi yang berprestasi menyelesaikan
masalah, termasuk ke lima orang ini. Mereka adalah Rio, Janita, Dony, Jeni dan
Gurruh, yang telah mengabdi pada negara sejak 25 tahun terkhir, dan mereka
adalah sahabat dekat, bahkan sejak SMA. Sedangkan menteri tersebut adalah Bapak
Catu Akbar, yang baru 3 bulan menduduki kursi kabinet untuk menggantikan
menteri sebelumnya yang sakit.
***
Beberapa saksi hidup telah aku temui, bahkan
aparatur desa dan negara pun tak terlepas. Begitu juga kepada KPK yang
independent terhadap campur tangan pemerintahan, satu nama yang bisa
menjelaskan semua ini, yaitu Rio. Juru bicara seorang menteri negara dan yang
pasti, sahabatku sendiri. sahabat kecilku.
Langsungku cari namanya di kontak hp ku dan
berharap masih masih bisa dihubungi, karena satu tahun ini aku miss communication dengannya. Kami sibuk
masing-masing, terutama dia.
Tuut…tuuut. “Ternyata masih bisa di hubungi,”
“Assalamualaikum,” aku buka pembicaraan.
“Waalaikumsalam, siapa ?”
“Egyd, dan aku harap Engkau akan ingat
denganku setelah kita bertemu nanti malam, jam 7 di rumahmu. Aku kesana, ada
yang ingin aku tanyakan.”
Tuut..tuut..tuut, langsung kumatikan
teleponya. Bukan kenapa, rasanya sock ketika
seorang teman terbaik bisa melupakan kita, bahkan dengan suara kita pun ia tak
kenal, itu terlihat ketika ia bertanya siapa aku. “Apa nomor teleponku telah ia
hapus ? apa ia lupa denganku, dengan suaraku ?” tanyaku dalam hati.
“terserahlah, yang penting aku ingin mengetahui kasus sebenarnya yang menimpa
kepala sekolah. Dia mau ingat mau tidak denganku, itu urusan dia.”
**
Tepat jam 7 aku turun dari mobil menuju
rumahnya. Sebenarnya sejak 15 menit yang lalu aku telah tiba, namun sesuai
janjiku jam 7, aku hanya berdiam diri di dalam mobil sembari menunggu.
Tanpa basa-basi langsung, aku utarakan maksud
menemuinya, bukan untuk temu kangen, tapi untuk sesuatu yang lebih penting.
“Kamu yang menangani kasus korupsi
pertambangan di daerahku, Rio?” tanyaku.
“iya memang, mereka memang layak mendapatakannya?”
“Aku tahu itu. Tapi apa kamu yakin kalau
mereka memang bersalah? bukti yang kalian utarakan itu hanya sepihak, hanya
dari kalian para orang besar, bukan bukti dari sisi mereka” jawabku kesal.”
Ku tatap wajahnya yang sok suci, “Dan kamu
tahu, Rio, mereka semua teman kita! Kau tahu reno? ia yang membesarkan nama sekolah
disana, tapi kamu! kamu jebloskan dia ke penjara. Kamu tak tahu uangnya itu
bukan ia gunakan untuk membangun diri, tapi membangun negeri, membangun para
penerus yang jauh bertolak belakang seperti kamu, bukan kamu tapi kalian!” Ku tunjukaan
jari ke wajahnya.
“Pelangi itu satu. Putih. Namun bias membuat
semuanya indah, ragam di angkasa, diantara bulir hujan yang akan berhenti,
sungguh elok. Namun kita bukanlah pelangi, kita itu…”
“kita itu sudah diciptakan berteman,” langsung
ku potong pembicaraanya, “kita itu sudah diciptakan berteman, walaupun kadang
saling menikam.”
Rio
terhentak. Diam. “ Temui aku hari senin, di sekolahan Reno jam 7 pagi.” Tantangku.
***
Saat separuh isi
kantor belum tiba, saat semua dari itu masih di karungi rasa kantuk yang besar.
Saat itulah pembicaraan terjadi antara Bapak Catur dan Guruh.
“Pemikiranmu bagus sekali gur.” Puji Catur.
Saya bangga bisa bekerja sama denganmu. Caramu mengungkap kasus itu luar biasa sekali.
“Bukanlah
hal mudah, Pak. Namun aku bisa mengatsinya semua. Biar semua ada di
genggamanku.” Jawabnya sombong.
“Bagus,
nanti siang jam satu temui saya di ruangan ini. Ada bonus tambahan untukmu,
jangan bilang pada empat temanmu yang lain, ini khusus untuk partner cerdas sepertimu”
“Waw,
menggiurkan Pak”
***
“ Kau tahu ini hari apa ? kau tahu makna merah
putih di tongkat panjang ini apa ? lalu mana semangat juangnya untuk semua ini
? kau tahu kenapa ?
Rio terheran-heran dengan maksud
pembicaraanku, ia hanya melihat bahwa bendera sudah berada di atas sana. Lalu
ia teringat bahwa hari ini senin, hari dimana ceremonial dilakukan. Lalu mana upacaranya ? Mana semangat juangnya
? Kenapa tiba-tiba bendera ini sudah diatas ? Apa memang tidak ada upacara lagi
? Kalau iya, kenapa ? Beragam Tanya terhambur dari otaknya. Ia baru menyadaari
bahwa sekolah ini tidak punya halaman. Tidak ada tempat untuk melakukan
penghormatan hari senin. Ia lahap jawaban dari pertanyaanya sendiri. Ia paham
mengapa aku menyuruhnya kesini.
“Jika lisanmu tak mampu berbicara; biarlah
matamu yang menyampaikan.”Kataku. “Ini yang aku katakan bahwa terkadang apa
yang kamu ketahui belum tentu nyata. It’s not about true or false, it’s about
right or wrong.”
Rio lalu duduk pada mesin bor yang sudah tidak dijalankan. Sudah
berapa hari sumur bor berhenti melakukan operasi karena diputusnya suplai dana
dari pusat, sementara mesin-mesin sudah semakin tua dan butuh perawatan.
Sebenarnya pemutusan sudah dilakukan sejak 3 tahun yang lalu, namun semua mesin
tetap bisa jalankan berkat perputaran uang yang dilakukan Lukito selaku ketua
pengeboran di daerah sini. Uang hasil kilang ia serahkan sebagian ke pusat dan
sebagian lagi untu menjalankan kilang minyak. Dengan dalih membuat laporan
jumlah minyak bumi sebanyak separuh hasil uang yang ia beri ke pusat. Namun
perputaran uang inilah yang membuat dia terjerat kasus hukum.
Lalu rio memandangiku “Apa maksudmu ?”
“Kau lihat pakaian yang ada di jemuran sana?”
Sambil menunjuk arah jemuran warga.
“Iya lihat, kenapa ?” Timpalnya “Hubungannya
apa? Kamu mau aku mengambil seluruh bra yang ada disana terus aku kasih tulisan
true and right di kiri dan kanan dan aku bawa pulang?”
“Jika iya kamu lakukan, itu tindakan yang
salah, bukan ?”
“Pertanyaan bodoh. Ya jelas salah. Itu tidak
dibenarkan. Sangat tidak dibenarkan. Itu pelecehan dan pencurian.”
“Jika ada seorang perempuan nyaris diperkosa d
engan bertelanjang diridan keluar dari hutan sana dan minta pertolongan dengan
kita, apakah betul tindakan kita memberikan pakaian lengkap dengan bra yang ada
di jemuran sana ?”
“Nah itu itu baru betul, lagian juga aneh-aneh
pikiran kamu.”
“Apakah itu benar?”
“Dapat dibenarkan.”
“Kenapa?”
“Yah, untuk menutupi auratnya lah. Namanya
juga mendesak.”
“Iya karena kamu tahu keadaan si wanita. Namun
lain halnya dengan si pemilik pakaian, bisa saja dia menuduh si wanita tersebut
pencuri dan juga melaporkanmu karena telah bekerja sama mencuri pakaiannya.”
Rio hanya menggelengkan kepalanya saja. Ia tak
mengerti apa maksud dari perkataanku. Dalam benaknya, mana mungkin si pemilik
pakaian akan melaporkan. Karena ia tahu, tidak mungkin membiarkan perempuan
nyaris di perkosa untuk telanjang diri.
Aku diam sambil menarik napas perlahan, “ memang itu tindakan yang betul,
tapi tidak benar, namun dapat dibenarkan dengan alasan yang tepat. Meski
bagaimanapun, itu termasuk perbuatan mencuri. Kamu sendiri mengatakan pencurian
sangat tidak dibenarkan. Sama halnya dengan korupsi dan perputaran uang yang
sekarang kalian besar-besarkan. Kamu dapat membenarkan si pengambil pakaian
karena kamu tahu sendiri keadaanya. Tapi, apakah kamu tahu keadaan mereka
sebelumnya yang telah ditetapkan terdakwa sekarang, karena kalian!”
“Kamu liat mesin bor yang kamu duduki, kenapa
baru berhenti operasi semenjak Lukito ditahan? Kamu liat gedung sekolah ini
yang sudah permanen, kira-kira anggaran dari mana ?”
Akhirnya aku ceritakan semua mengenai uang
penjualan lahan yang dikelolai dengan sangat sangat baik oleh Reno. Aku
ceritakan bagaimana perputaran uang yang dilakukan Lukito. Bagaimana Tulus
dapat membangun masjid , jembatan, dan memperbaiki jalan dari sebagian
penjualan lahannya, bukan hasil manipulasi uang. Lalu pengadaan mesin yang dihasilkan
langsung dari perusahaan Galih, bukan berasal dari tangan orang kedua ataupun
ketiga. Bahkan Aries yang didakwa menikmati dua nasi bungkus saat perundingan
jual beli lahan sekolah, padahal sebenarnya rumah makan memberikan bonus nasi
bungkus satu.
Rio seakan tak percaya dengan semuanya.
Usahanya menegakkan keadilan sebenarnya salah total. “Lalu anggaran 20 M itu
kemana?” Tanyanya kesal.
“Kepada orang yang menciptakan rekayasa ini, menjebak
semua teman kita, sampai kapan pun mereka teman kita. Satu lagi, selamatkan
teman kita yang bekerja sama membahas masalah ini denganmu, aku tidak ingin
temanku terjebak lagi. Aku mohon, kamu lah yang dapat mengungkapkan semuanya.
Kamulah itu. Kamu tahu seorang dibalik ini semua”
Seketika Rio
mengambil Hp di saku kanannya, dicarinya dengan marah kontak dengan nama “Bapak
catur”. Entah apa yang ia ungkapkan, yang pasti dia langsung pergi setelahnya,
sambil menjauh dia menoleh kepadaku, dan berkata” Beruntung aku punya teman
sepertimu, karena kamu akan selalu menjadi right
man on the right place.” Lalu ia pergi dengan mobilnya.
***
Jam menunjukan
pukul satu.
Dengan semangat,
Guruh menuju sebuah ruangan. Dimana dia dan bapak catur sudah berjanji untuk
mendapatkan hadiah disana. Perlahan ia pegang pedal pintu, ia putar, ia dorong
dengan perlahan, ia mulai menginjakan kaki ke dalam, diikuti seluruh tubuh. Ia
tutup kembali pintu, lalu berbalik arah, dan….
**
“Aku tidak menyangka ini semua hanya
skenario.”
“Hahaha, sekarang kamu baru menyadari? Menteri
macam apa kamu? Kalian, iya kalian, Doni, Janita, Jeni, dan Rio,” sambil
menujuk dengan mulut, sementara tangannya sedang diborgol, “Kalian bebaskan
teman kalian yang suci itu, bilang ini hanya main-main dari Guruh. Hahaha.”
Teriaknya dengan penuh tawa.
Bukanlah hadiah yang dijanjikan oleh bapak Catur yang Guruh terima, melainkan
sambutan hangat dari polisi yang sudah standby
di ruangan sedari tadi. Iya, Rio menelpon bapak Catur untuk memberitahukan
semua yang terjadi. Kontan saja, bapak catur langsung menelpon polisi. Lalu
Guruh ditetapkan sebagai tersangka korupsi uang 20 miliar, dia memanipulasi
seluruh orang yang terlibat dengan proyek tersebut untuk menutupi semua hasil
korupsinya. Sementara Reno, Lukito, galih, Tulus, bahkan Aries, semua bebas
dari tuntutan. Bahkan mereka sempat menjadi
public figure untuk beberapa pekan.
Kini, kesepuluh dari mereka akan selalu ada
dalam bagian lobus sinistra cerebrum ku.
**
**
Pelangi itu
satu. Putih. Namun bias membuat semuanya indah, ragam di angkasa, diantara
bulir hujan yang akan berhenti, sungguh elok.
“ Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (Qs.
an-Nisa’ : 29 )
Lah tahzan,
innallah ma’ana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar