Minggu, 23 Juni 2013

doakan saja anakmu ini


Assalamualaikum.
Apa kabar kalian hari ini? Semoga dalam keadaan berbahagia
apakah kalian tidak mau bertanya atau minimal tahu bagaimana kabar saya...ah itu bukanlah hal penting bagi kalian. Namun sesungguhnya dari hal sepele seperti inilah yang akan menciptakan kebiasaan hingga menjadi sebuah sifat.

kalau belum jelas akan saya jabarkan.
hari ini saya baru saja menelpon orangtua, seperti rutinitas biasanya, saya akan menelpon atau ditelpon seminggu dua kali. Kalaupun lupa hanya satu kali. Sebatas melepas kerinduan saja. Namun biasanya saya lah yang ditelpon pada hari minggu.

Saya dan kalian itu sama. Terutama yang kuliah jauh dari orang tua. kenapa? Karena  setiap ditelpon selalu saja  pertanyaan awal yang dilontar orangtua itu; lagi apa nak? sudah makan belum? Bagaimana kuliahnya?
Kalian sebagai anak akan menjawab panjang lebar bahkan bercerita bla...bla...bla.
Setelah semua pertanyaan terjawab,  orangtua kita tetap mengajukan pertanyaan;  duit makan masih cukupkan nak?
Baru setelah itu telpon dimatikan. Meski diakhiri iming iming agar kuliah yang rajin dan hemat hemat serta bla..bla..bla yang kalian sendiripun sudah hapal. Cukup singkat memang

Namun hari ini saya baru menyadari bahwa kita sebagai anak hanya menegakkan egois saja. Kenapa?
Coba renungkan, apakah setiap berkomunikasi anda akan bertanya balik. misal; mama lagi apa? mungkin sering, namun hanya selintas.
atau...Pernahkah  anda yang bertanya duluan kepada beliau;  ma, mama apa kabar? atau kalau pertanyaannya terlalu berat, berapa kali anda menanyakan kabar orangtua setelah mereka menanyakan kabar anda? sangat jarang. Karena kita masih merasa muda untuk peduli dengan orang lain. Kalaupun bertanya, itupun menyakan keadaan adik bagi yang punya.

Saya sempat berpikir jika sesekali orangtua lah yang akan jadi narasumber. Mungkin jika saya tetap menghayati penulisan ini akan meneteskan airmata. Karena saya sempat berpikir bagaimana jika saat orang tua bertanya kabar saya dan menjawab sambil tertawa bahkan beliau ikut tertawa mendengar cerita kita, tetapi sesungguhnya beliau sendiri sedang sedih tapi tidak mengatakan itu kepada kita. Hanya untuk tidak mencemaskan kita.

Mungkin disaat mama bertanya sudah makan atau belum, sesungguhnya ia sendiri kelaparan belum makan

mungkin disaat ia bertanya uang masih cukup atau tidak, ia sendiri ternyata sedang tidak ada uang.
Karena sesungguhnya kita tidak tahu darimana kiriman uang yang kita terima. Entah uang tabungan, uang hasil pinjaman tetangga, uang hasil penjualan perabotan rumah atau rumah itu sendiri. Karena orangtua kita berjuang untuk kita

mungkin ocehan mereka tidak berarti apa apa bagi kalian, karena kalian sudah merasa besar. Namun ocehan itulah yang paling mereka takuti jika terjadi pada kalian.  Dalam doa mereka selalu menyebut nama kalian. Yakinlah

Sudaaaaah.cukuuup....cukup...tapi memang tulisan ini terlalu plin plan dan gak berarti

2 komentar: