Kamis, 24 April 2014

Emansipasi wanita, yakin?

R. A Kartini, siapa yang belum pernah mendengar nama beliau. Sosok wanita yang setiap tanggal 21 april dipengeringati untuk mengenang beliau.

Emansipasi wanita, mungkin inilah hal yang teringat jika mendengar nama beliau.

Pertanyaanya, apakah benar dia ini yang menggagas emansipasi wanita?

Buku habis gelap terbitlah terang atau dooe tuisternis Tot Licht dalah buku yang dibuat berdasarkan kumpulan surat yang dia kirimkan ke temannya di belanda. Kumpulan surat dengan makna tersirat tentang perlawanannya mendapatkan pendidikan.

Mendapat pendidikan?
Iya mendapat pendidikan. Pada zaman dahulu, hanya laki-laki yang berhak mendapat pendidikan, dan kartini menentang itu. 

Apakah kartini menentang untuk menyamakan laki-laki dan perempuan? Tidak.
Kartini mengupayakan agar perempuan memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan laki-laki karena kartini sadar bahwa dalam hal mendidik anak, tingkat kecerdasan juga perlu. Semakin tinggi kecerdasan perempuan, semakin hebat pula dia mendidik serta mengurus rumah tangga. Kartini ingin itu, kartini ingin menjadi ibu serta istri yang baik dengan menaikan tingkat intelektual.

Salah satu kutipan surat kartini untuk nyonya Abendon tahun 1990
“Kita bisa menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi perempuan sepenuhnya”

siapa penggagas emansipasi perempuan? Opini.
Beragam mendia masa membentuk opini yang menyalahgunakan sosok kartini untuk mendukung pola “feminism”

Apa itu feminisme? Kalian bisa search ini, bahkan PBB telah membentuk badan yang menangani ini. Sehingga jika ada negara yang menentang, maka mereka akan dikucilkan.


Surat kartini lain untuk Prof. Anton, 4 oktober 1901
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum perempuan, agar perempuan lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”

Sosok kartini bahkan dimanfaatkan pihak tertentu untuk kampanye emansipasi perempuan yang menyalahi fitrah perempuan, yang mendorong perempuan diperlakukan sama dengan laki-laki, padahal kodrat perempuan dan laki-laki itu berbeda, begitupun dengan peranannya di muka bumi.
Kita ambil contoh kalau perempuan dan laki-laki itu berbeda, dari tubuhnya saja sudah berbeda, bahkan unit terkecil dari tubuh kita saja yaitu sel juga berbeda. Kita ambil contoh sel darah merah, bayangkanlah untuk tingkatan sel saja perempuan dan laki-laki itu sudah diciptakan berbeda. Sel darah laki-laki itu diciptakan lebih banyak daripada perempuan, yang berarti untuk kerja lebih dominan laki-laki karena suplai oksigen ke dalam tubuh lebih besar, dan juga tingkat pemikirannya juga lebih tinggi karena lebih banyaknya oksigen yang mensuplai otak. Bukan berarti perempuan itu bodoh atau lemah, hanya saja itu salah satu hal yang mendasari kenapa laki-laki wajib bekerja dan harus berani membuat keputusan.

Hal yang sudah diciptakan Pencipta itu masih mau ditentang? Banyak dan teramat banyak hal yang bisa kita lihat bahwasanya laki-laki dan perempuan tidak bisa disamakan.


Terus, kedudukan laki-laki dan perempuan bagaimana?
Banyak yang salah terjadi dalam masyarakat, laki-laki seolah paling mampu dan paling bisa sehingga mereka merasa patut dihormati dan dihargai. Sementara perempuan merasa seperti “dijajah”. Hal inilah yang membuat perempuan melakukan emansipasi yang pada awalnya hanya menutut perlakuan ketidakadilan. Yang mana merupakan kodrat perempuan dengan segala ketidakpuasan akan sesuatu sehingga dari menutut persamaan perlakuan hingga persamaan kodrat. Karena mereka tidak puas. Itulah kenapa sekrang banyak perempuan yang lebih hebat membesarkan karir daripada membesarkan anak, karena mereka selalu menutut dan menutut akan ketidakpuasan mereka. Sehingga munculkan emanispasi yang sebenarnya pengaruh luar.


Yang seharusnya terjadi adalah laki-laki yang tidak selalu merasa dialah segalanya, laki-laki tidak perlu “gila” penghormatan dan penghargaan, karena seharusnya kalian para lelaki yang harus menghormati perempuan, menghormati ibu kalian dan mengahargai mereka. Karena perempuan itu harus dihormati, bahkan wajib dihormati sebagimana kodratnya sebagai perempuan. Kenapa mereka patut dihormati? karena perempuan itu suci.

Sehingga emansipasi itu seharusnya tidak ada, karena dari ciptaaNya saja sudah berbeda. Dan kartini menyadari betul kodratnya sebagai perempuan, bahkan ia sangat ingin menyempurnakan diri sebagai perempuan bagaimana agama memerintahkan. Itu bisa dilihat dari surat yang dia kirim kepada Prof. Anton.

Laki-laki dan perempuan itu dicipitakan berbeda untuk saling melengkapi. Kenapa harus disamakan?

Sosok Kartini bahkan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk kampanye emansipasi yang menyalahi fitrah wanita, yakni mendorong kaum wanita agar diperlakukan sederajat dengan kaum pria, diperlakukan sama dengan pria, padahal kodrat pria dan wanita berbeda, demikian pula peran dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi. Sementara Kartini sendiri sesungguhnya makin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Perjalanan Kartini adalah perjalanan panjang. Dan dia belum sampai pada tujuannya. Jangan salahkan Kartini kalau dia tidak sepenuhnya dapat lepas dari kungkungan adatnya. Jangan salahkan Kartini kalau dia tidak dapat lepas dari pengaruh pendidikan Baratnya.Kartini sudah berusaha untuk mendobraknya. Yang kita salahkan adalah mereka yang menyalah-arti-kan kemauan Kartini. Kartini tidak dapat diartikan lain kecuali sesuai dengan apa yang tersirat dalam kumpulan suratnya :“Door Duisternis Tot Licht” yang telanjur diartikan sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Read more at http://uniqpost.com/73702/habis-gelap-terbitlah-terang/

Sosok Kartini bahkan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk kampanye emansipasi yang menyalahi fitrah wanita, yakni mendorong kaum wanita agar diperlakukan sederajat dengan kaum pria, diperlakukan sama dengan pria, padahal kodrat pria dan wanita berbeda, demikian pula peran dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi. Sementara Kartini sendiri sesungguhnya makin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Perjalanan Kartini adalah perjalanan panjang. Dan dia belum sampai pada tujuannya. Jangan salahkan Kartini kalau dia tidak sepenuhnya dapat lepas dari kungkungan adatnya. Jangan salahkan Kartini kalau dia tidak dapat lepas dari pengaruh pendidikan Baratnya.Kartini sudah berusaha untuk mendobraknya. Yang kita salahkan adalah mereka yang menyalah-arti-kan kemauan Kartini. Kartini tidak dapat diartikan lain kecuali sesuai dengan apa yang tersirat dalam kumpulan suratnya

Read more at http://uniqpost.com/73702/habis-gelap-terbitlah-terang/
Sosok Kartini bahkan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk kampanye emansipasi yang menyalahi fitrah wanita, yakni mendorong kaum wanita agar diperlakukan sederajat dengan kaum pria, diperlakukan sama dengan pria, padahal kodrat pria dan wanita berbeda, demikian pula peran dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi. Sementara Kartini sendiri sesungguhnya makin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya. Perjalanan Kartini adalah perjalanan panjang. Dan dia belum sampai pada tujuannya. Jangan salahkan Kartini kalau dia tidak sepenuhnya dapat lepas dari kungkungan adatnya. Jangan salahkan Kartini kalau dia tidak dapat lepas dari pengaruh pendidikan Baratnya.Kartini sudah berusaha untuk mendobraknya. Yang kita salahkan adalah mereka yang menyalah-arti-kan kemauan Kartini. Kartini tidak dapat diartikan lain kecuali sesuai dengan apa yang tersirat dalam kumpulan suratnya :“Door Duisternis Tot Licht” yang telanjur diartikan sebagai “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Read more at http://uniqpost.com/73702/habis-gelap-terbitlah-terang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar