Jika
malam ini putih, mawar putih...
Mampukah
malam ini menjadi sandaran kecil ketika putih itu
terhampar angin kecil yang
melalui nya
Mampukah
malam itu menjadi pelabuhan kecil ketika putih itu tak berdaya di antara
segelintir debu
Mawar putih itu tak kan pernah tau kapan
dia akan tidur
Dia tidak mengenal bintang dan matahari
Dia hanya tau jikalau malam itu mampu
memeluk tangkai duri menjeritu
Andai malam ini aku, mungkin
kau satu satunya yang mampu memberi cerah untuk
itu. Sederhana, tapi berguna
Juga tentang kebahagian.
Kadang kitua lupa bagaimana tertawa lepas, tapi darimu, aku mampu
Karena sedih lebih hebat
dari kamu. Datang menyelinap, menuai rasa. Karena senyap lebih bergemuruh dari
kamu
Tentang aku, kamu, dan
sekumpulan senyap dalam sepi. Bukankah kamu bisa menyulap sedih menjadi
bahagia?
Sedih? Engkau berkata sedih
Mampukah engkau
mengatasi hamparan ombak yang
mampu menjongkrokan aku ke sana? .
Lantas, apa harus
aku yang
melingkari lengan ini menyemangatimu
Engkau
yang menjongkrokan
aku ke lautan biru
Maka
engkau pula yang
akan menyambut kembali tanganku?
Engkau
yang
mendorongku ke jurang debu
Engkau
pula mengulurkan tangan untuk membantuku
Hari ini ku tanam
namamu. Walau hanya
setangkai mawar putih. Lebih dari cukup untuk mewakilkan
Aku lelah selalu
bertanya
Bagaimana kau
menanam namamu di hatiku
Hingga waktu tak
mampu mengikis- habis guratnya
Dan lihatlah aku
tak mampu menulis nama baru di
ingatan
Sungguh aku tak
menyesal mengenalmu
Walau luka yang
kau tinggalkan
masih menyisakan
genangan anyir
darah
Yang kini mulai
bernanah
Engkau tau, 1
bintang jauh di sana?
Dia hadir hanya
untuk menemaniku ketika engkau memelukku dengan sebuah duri kecil
Putih itu mampu membuat ku
buta akan hituam
nya lautan itu
Engkau
tau?
Luka
yang ternama itu mampu dibersihkan oleh
putih
Dia
yang
selalu menutupi merah di mataku
Jika hanya setangkai mawar
putih itu
bisa melengkungkan
senyummu. Sungguh itu
hal sulitu
untukku
Aku tak pernh melukaimu.
Walau sebtas tunas duri mawar sekalipun. Memang aku yang terlahir dengan tusukan menyayat
hati. Merembas ke penjuru ingatanmu. Aku harus apa?
Mengapa semudah itu engkau
memberikannya
Engkau tahu?
Putih itu memang akan tetap
putih
Tp putih itu akan berubah jika
engkau memberinya dengan olesan nanah yang
engkau selipkan
Putih. Selalu
putih telontar dari ucapanmu. Terus
aku cuman hitam
yang bernoda di
hatimu? Iya?
Kamu salah
Tidak pernah
sekalipun aku menghardikmu. Menjerumuskanmu
Kamu bukan hitam
Engkau sendiri yang berkata itu
Aku hanya ingin
mengadu dari serpihan yang telah membawaku ke muara hati mu
Sebongkah batu pun
tak mampu merusak lukisan ingatanku tentangmu
Iya benar, sebongkah batu tak mampu merusak lukisan itu
Semua itu akan terjadi jika
kamu sendiri yang akan menghapusnya dari angin malam
Ini tentang aku dan kamu.
Hanya aku dan kamu. Dengan
gumpalan cinta
Angin,
angin malam dengan lantunan nyanyian malam yang menyejukkan hati hingga
terhanyut dan tenggelam
Hanya riuh malam yang menggambarkan kita yang dingin. Jangan harap dengan mekaran mawar
putih lalu engkau menjelma ceria seperti dia.
Engkau hanya sosok dingin
mengalihkan malam ini
Mulut
tak berbahasa
Tangis
tak berair
Kaki
pun tak melangkah
Semua
itu
akan terjadi jikalau engkau hadir dengan segenggam mawar putih
Yang
engkau taburkan di hati ini
Hati
yang
terlanjur hanyut di dalam lautan labirinmu
Tak
ada kata yang
tersisa di simpang
jalan
Tak
ad malam yang
putih tanpa senyuman yang
cerah
Tak
menjadi suatu kertas tanpa pohon
Pantaskah aku
menjelma untuk
membantumu bangkit?
Tidak akan pernah ada
kata pantas dalam benakmu. Aku licik mencuri kamu, hingga hatimu
Belajar purapura
lupa hingga benarbenar lupa mungkin berakhir lupa, tapi lukisan itu akan tetap
menjadi lukisan yang
terindah dan kata2 diawal hanyalah sebuah klise penutup luka yang tak berujung
Putih kan tetap di
hati
Sampai kelak hati
ini menemukan putih putih dan putih
Hanya nama engkau
yang mampu dan pantas bersandar di bagian terkecil hati ini
Anda tahu tuan
putri. Aku ini hanya
sosok mahasiswa
dengan
pagi menunggu. Kamu tahu itu?
Selayaknya engkau bertanggung
jawab bukan
hanya karena mawar putih,
ataupun sebongkah batu, atau juga kertas menjadi pohon. Aku hanya mahasiswa yang entah kliseny dimana.
Wahai tuan putri.
Tanggung jawablah engkau akan aku dan pagi menyongsong
Tanggungjawab?
Apakah kata itu
pantas terucap saat dirimu sendiri tak mampu bertanggung jawab
atas dirimu? Apakah
ini menjadi lemah tak brujung?
Jika
aku sekarang putri di mata mu
Maka
dahulu aku apa?
Segelintir
debu yang
menempel di dinding kusam
Pagi
memangg kan datang, tapi
aku akan tetap berada disini. Kenapa? Jangan tanya kenapa dan untuk apa, cukup diam
dan bahagia.
Mari
kita
berbaring dan terhanyut di kegelapan malam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar