Sungguh
tidak pernah terbayang sebelumnya untuk bisa duduk disini, diam disini, hanya
diam melihat kalian berhuru hara diluar sana. Mungkin ini yang dikatakan
panggilan jiwa, jiwa yang membutuhkan ketenangan, jiwa yang butuh kesendirian
sejenak atas apa yang terjadi. Mungkin namaku sudah ditulis Tuhan untuk
merenung sejenak disini atas apa yang terjadi belakangan.
Jujur, aku
tidak tahu apa yang terjadi, aku tidak tahu benar apa tidak jalan yang aku
ambil, apakah ini takdir Yang Kuasa atau bukan juga aku tidak mengerti, ini
terlalu rumit untuk seorang sepertiku.
Aku tidak
berani mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, bahkan untuk diriku sendiripun
aku lebih baik menipu, aku pembohong. Namun sesungguhnya ini berhubungan dengan
masa depanku.
Saya pernah berpikir,
mau jadi apa saya nanti jika hanya seperti ini. Mau berguna untuk masyarakat?
Tapi kemampuan hanya sebatas ini, bahkan dibawah standar, bahkan bisa dikatakan
terlalu jauh dibanding kalian yang seprofesi denganku. Aku berani mengatakan
bahwa aku tidak idiot, aku tidaklah bodoh, tapi memang tak secerdas
kalian. Atau bisa jadi aku tidak
seberuntung kalian. Lalu apa yang aku miliki?
Semenjak
lulus SMA, saya merasa seperti kehilangan jiwa. Saya tidak akan menyalahkan
orang tua, orang tua mana coba yang tidak bangga terhadap anaknya hebat, orang
tua mana yang rela anaknya terlantar, orang tua mana yang tidak kepingin
melihat anaknya sukses, orang tua mana yang tidak bangga jika ada kerabat yang
bilang “anakmu kuliah kedokteran yah? Pasti pintar sekali.” Atau “ wah anaknya
sekarang sudah jadi dokter, kemarin ngobatin anak saya”, Bahkan aku bisa
merasakan kebanggaan yang mereka rasakan saat ini, untuk seukuran apa yang aku
lakukan. Jika saya jadi orang tua, mungkin sama seperti apa yang orang tua saya
katakan. Jujur, aku tidak sanggup melanjutkan ini lagi, aku tidak sanggup
menahan tetesan demi tetesan, mungkin itulah kenapa Tuhan menyuruhku duduk di
sini.
Aku sayang
mama, aku sayang papa. Love you for all you are giving to me. Aku sayang
kalian.
Aku tidak
akan pernah dan pernah menyalahkan orang tua, bahkan aku sangat teramat sangat
berterima kasih atas apa yang mereka lakukan, atas dorongan mereka sehingga aku
bisa ada disini. Karena sesungguhnya ini adalah cita citaku semenjak kecil, ini
adalah impianku, ini adalah jalan hidupku, Sesugguhnya aku hanya mencari
kambing hitam saja tas apa yang tak aku capai, sesugguhnya aku durhaka. Aku
siap menanggungnya, sampai resiko terbesarpun. Inilah resikonya. Aku siap.
Sekarang aku
lebih peduli Ridha Allah atas diriku dan atas orang tuaku. Tidak ada yang lebih
dicari selain Ridha Allah, bukan pahala.
Entah apa
yang sebenanya terjadi, untuk pertama kalinya aku bercerita ke mama langsung ke
intinya, mungkin bukan pertama kali sih, hanya semenjak kuliah ini ssaja aya bercerita
tentang hidup saya yang sebenarnya. Mungkin mama adalah orang yang selalu bisa
menempatkan anak anaknya di dalam hati terdalam, mungkin mama adalah orang yang
selalu bisa menahan tangis hanya untuk menutupi di depan anaknya. Tapi saya
tahu, mama sedih. Oleh siapa, itu karena aku. Aku tahu mama menagis, itu tetap
karena aku. Yakinlah, tidak aka ada hal yang sangat menyakitkan selain membuat
orang tua kalian bersedih. Namun kalian harus percaya, selalu ada tangis dalam
sujud mama kalian untuk kalian. Apakah kalian pernah melakukan ini sekali saja
buat mama kalian?
Mungkin
Tuhan telah menakdirkan saya untuk duduk disini, untuk selalu mendoakan orang
tua, ontuk selalu berbakti.
Kemarin saya
bertemu teman kuliah gara gara suatu masalah, entah kenapa saya seperti
menemukan sebuah kasih sayang. Untuk teman SD, SMP, SMA, sampai teman dekat
rumah, aku tidak pernah segan untuk meminta bantuan mereka, karena mereka
bertanggung jawab, aku tidak pernah segan untuk memberikan sebuah kepercayaan,
istilahnya tu “aku itu kau, kau itu aku. Ada apa aja, kita itu bersama,
yakinlah tidak ada yang menghianati”
Mungkin
semakin dewasa orang, kepedulian kesesama akan luntur, namun kemarin tidak,
Ternyata teman temanku punya kepedulian dan kasih sayang yang mereka tidak bisa
ungkapkan. Ternyata semua orang itu mempunyai rasa sayang yang sama untuk sesama,
hanya ego saja yang memisahkan.
Untuk kalian
teman temanku, yakinlah, selalu ada orang orang yang menyayangi kalian tanpa
terduga disaat yang tak terduga. Semuanya sayang kepada kalian sama halnya
seperti kalian sayang kepada mereka.
Aku hanya
berharap, entah melalui tulisan ini atau entah melalui apa. Kita bisa bersama,
kita bisa bersatu, kita bisa berbaur, semakin kita jarang berbaur, semakin kita
saling mencaci, semakin kita merasa jauh, semakin aku merasa durhaka kepada
orang tua, kenapa? Karena melalui keharmonisan kita, aku rasa bisa meningkatkan
semangat saya, jika saya semangat dan bahagia, mungkin orang tua saya akan
lebih bahagia, bukan hanya itu, mungkin melihat kita yang selalu bahagia, dosen juga akan bahagia melihat kita, mungkin
presefsi negative atas saya dan kita akan hilang.
Saya pernah
berpikir, coba sekali sekali kalian itu duduk berpisah, seminggu saja, coba
kalian tanggapi pandangan orang lain terhadap kita, jaangan hanya pandangan
kita terhadap orang lain, berubah itu sulit, teori saja tidak berguna, mulailah
bertindak. Mulailah. Seminggu saja berbaur, mulai kuliah pagi, makan siang,
salat, kuliah sore, cobalah untuk keluar dari kelompok. Entah kenapa aku malah
mengungkapan semuanya ini di sini, mungkin karena aku wakil ketua angkatan atau
mungkin aku lebih perduli kepada kalian.
Sebagai
wakil ketua angkatan, sesungguhnya saya hanya berharap melalui tulisan ini kita
bisa kompak, kita bisa sharing bersama, tidak ada istilah gap bahkan tidak ada
istilah kelompok. Mungkin itu tadi pesan aku, berbaurlah ke sesame, minimal
duduk, makan siang, dan salat berbarengan dengan orang yang lain. Memang pada
awalnya kalian akan dianggap aneh, tapi bertahanlah, Karena kita adalah teman.
Saya pernah
berpikir sekali saja kita untuk satu angkatan makan siang bersama di kantin,
kita penuhi kantin yang sekecil itu, atau bila perlu makan siang ditempat yang
bisa menampung kita. Atau yang simple aja, kita seangkatan salat berjamaah.
Buat satu gelombang saja, jangan sampai dua atau tiga gelombang, biarlah orang
iri dengan kita.
Aku tidak
pernah peduli jika ini dibaca siapapun, aku tidak peduli. Mungkin sebagian
mereka mencerca, atau sebagian mereka bisa mengambil pelajaran dari sini.
Karena selalu ada hasil baik dibalik setiap niat baik. Percayalah ini tindakan
yang baik.
Sesungguhnya
tidak pernah sekalipun saya berniat menyakiti orang yang aku sayang, dari yang
terdekat sampai yang paling jauh, namun aku juga habis cara, bagaimana caranya
biar kalian berpikir aku ini begini, aku itu tidak bohong atau apalah. Ketika
kalian ada untuk saku, yakinlah aku akan lebih ada buat kalian. Ketika kalian
tidak ada buat aku, jangan pernah berpikir aku tidak ada buat kalian. Aku yang
akan selalu berada dibaris terdepan membela kalian. Atau berada dibarisan
belakang untuk mendorong kalian, meskipun aku sendiri terjatuh.
Mungkin
sudah takdir Tuhan untuk aku bisa duduk diam disini, yang mengeluarkan seluruh
pikiran terpendam di sini, meskipun ini kacau balau, sekacaunya sekarang.
Karena aku
dan kalian, manusia unggul dan islami