Kali ini saya ingin
mengatakan bahwa saya memakai celana jeans pendek dengan baju kaos dan sendal
jepit terus jalan jalan ditengah kerumunan orang tengah malam dengan perut
sungguh sungguh lapar, sungguh.
Maaf salah. Tapi topiknya kali ini mengenai seberapa cool-nya kami bisa melakukan hal baru
yang menurut orang ini sungguh di luar dugaan. Apa itu? Hmm…Hanya nonton
bioskop.
Huufttt… Saya pikir ini sungguhh tidak menarik bagi kalian yang baca,
makanya sudahi saja membacanya sampai sini. Gak apa apa kok. Tapi buat saya,
saya bakal terus nyelesaiin tulisan ini, karena saya ngerasa ini sungguh
berkesan bray, ini seperti seorang
anak kecil yang baru bisa jalan, pengen ke seluruh penjuru Ia datangi, dengan
berlari, cepat dan semangat. Meskipun pada akhirnya saya gak paham
kesinambungan analoginya.
Oke jadi ceritanya kayak gini. Dulu, Pada sebuah kerajaan majapahit,
hiduplah seorang kaisar tampan nan gagah, tapi sayang jomblo, dan itu saya
sendiri. Si kaisar bercerita kepada Paduka Rizky Rachmadi ( @rahmadiriski) bahwasanya ia sangat
mengidolakan Raditya Dika, eh ternyata si paduka juga ngefans berat. Akhirnya mereka bertukar pikiran dan memutuskan untuk
menonton manusia setengah salmon di kemudian hari, yang mana film itu adalah
karya Radit sendiri. Lalu mereka menoton dan pada akhirnya saling mencintai
satu sama lain lalu hidup kekal abadi selamanya. Tamat.
Tidak…Tidak. Saya bukan homo. Itu diluar nalar. Berhubung kami sudah
memutuskan untuk menonton, akhirnya kami melakukan pleno untuk menentukan siapa
saja para anggota keluarga kerajaan yang akan diajak.
Sayembara
pun diumumkan, ternyata kami memutuskan untuk mengajak si
Ridho (@alfajriridho), bahar (@bahasryah02), mu’amin (@muaminmj), dan
rangga (ranggatagari). Kenapa mereka diajak? Sepertinya ini sudah
takdir Tuhan.
So, what’s special thing that you get?
Hmm. Nothing. Ini kayaknya lebih ke subjektif berdasarkan pandangan saya
saja. Maknanya, kalau ngerasa gak menarik yah scukupkan saja membacanya.
Bagi saya, Kenapa ini spesial? Karena ini kali pertama kami bisa kayak
gini. Jurusan seperti saya ini adalah jurusan yang bisa dibilang agak “dikucilkan”
dari pergaulan, katanya kami gak punya waktu luanglah, katanya kami gak mampu
gaul-lah atau malah kami dianggap telat pubertas.
Malam ini kami bisa buktikan kalau kami juga punya jiwa extreme, kenapa
enggak? Kami kami nekat nonton bioskop malam malam. Jam setengah sembilan, Jon.
Apanya yang kurang malam? Bagi kami seorang mahasiswa yang pada esok harinya
masuk pagi dengan jadwal latihan preKlinik dan satu mata kuliah, ini termasuk
nekat.
Terus apa serunya lagi?
Serunya lagi karena si Paduka Rizky berbohong, Beliau bilang mau
ngerjain tugas di rumah teman. Eh ternyata malam terbenam dalam ruang bioskop. Dan
saya yakin, beliau pasti cemas. Karena apa? Karena sepanjangan jalan, orang
tuanya nelpon biar cepat pulang. Yah wajarlah, setengah sebelas tapi masih
keluyuran malam malam. Loh beruntung Ki punya orang tua kayak gitu. And so really really big thanks for Rizky for
helping to night. Arigatougozaimashita!
Cuman itu seru-seruannya?
Ya enggak lah, karena ditengah tengah klimaksnya ini. Ada dua cewek
jomblo yang nekat mau bergabung dalam operasi berbahaya ini. Si Tiya (@tiyaamalia) dengan
Yolanda (@yolandasaidi). Kenapa mereka bisa sampai diajak gyd, padahal mereka jomblo? Yah karena
saya empati aja. Haha
Mereka saya ajak karena entahlah, saya sangat suka sekali dengan keanekaragaman,
baik gabung dengan antar jenis atau beda jenis, bahkan dengan kelompok yang
berbeda aliran. Intinya sih biar bisa saling mengenal, gak enak kalau pergaulan
monoton terus ruang lingkupnya.
Sebenarnya kami itu mau nonton sore atau habis maghrib, tapi berhubung
dan berhubung bla bla bla. Eh malah akhirnya malah nonton malam. Dan hebatnya
si duo jomblo ini nekat gabung. Kenapa nekat? Pertama, karena ini malam hari.
Ya bayangin aja, kalau nonton jam setengah sembilaan, paling enggak jam 10 baru
selesai. Belum ditambah lama perjalanan pulang. Saya tahu betul kalau mereka
berdua anak kost, dan kost-annya mereka itu kayak tempat pendidikan militer.
Semua sudah diatur dalam amandemen ke V UUD 1945. Yang pastinya, pagar sudah
digembok jam 9 malam dengan kunci pengaman dua lapis beserta pemidai sidik
jari. Luar biasa bukan?
Yang kedua, si duo jomblo ini ternyata sudah melakukan iming iming yang
menurut saya itu tidak patut dilakukan, mereka menyogok penjaga pagar ternyata.
Hanya dengan sebungkus rokok, oh tidak, saya pikir itu terlalu mahal. Hahaha.
Meski akhirnya mereka bisa sampai dengan selamat hingga jomblo yang tak
terbilang lamanya.
Pada dasarnya sih saya menikmati filmya, tapi intinya saya lebih
menikmati kebersamaan ini. Kebersamaan yang saya rasa baru pertama kalinya. Ngelakuin
hal yang berat dilakukan oleh orang orang seperti kami di waktu waktu seperti
ini.
Mungkin Rizky baru kali ini nonton bareng dengan kami pasukan plaju.
Mungkin baru kali ini Rizky rela nahan lapar demi tidak merepotkan kami. Dan saya
tahu itu.
Mungkin baru kali ini bagi seorang Mu’amin untuk merasakan suasan studio
langsung, dan saya bukan menghina. Tapi saya bangga, karena saat mu’amin ingat
kapan pertama kali dia nonton, dia bakal ingat kami, yang mana ada aku dan
Rizky. Jadi paling enggak, saya bakal selalu dikenang. Tsaaaaaah.
Mungkin bagi seorang Rangga, menonton jam malam seperti ini sangat butuh
usaha yang keras. Karena ia harus bertarung melawan kantuk yang menghujam, tapi
Ia bisa menang atas itu pada malam ini. Sepertinya demi kami.
Saya yakin, mungkin si Tiya dan Yolanda adalah beberapa penghuni Puri
dengan jiwa nekat. Kalian luar biasa. Saya tahu konsekuensinya adalah memanjat
pagar dua lapis, dan itu sangat tidak ladzim bagi perempuan, apalagi malam
hari. Tapi kalian tetap berani atas konsekuensi itu.
Buat ridho dan Bahar, pesen saya. Bedakan mana nonton bioskop dan layar
tancap. Tolong suaranya itu dikecilin, ketawa itu boleh asal yang lain ketawa.
Jangan pas senyap eh kalian ketawa, cukup tampang kalian aja yang terlihat
kerasukan, tapi jiwa kalian jangan.
Sekali lagi, malam ini kita punya cerita.
Sekali lagi saya terima kasih banyak buat Rizky Rachmadi. Dan kalian
semua. Terima kasih
Saya malah membayangkan jika ada saatnya kita satu pleno bisa duduk
bersama entah itu film apa atau dalam rangka apa. Dan itu sangat muda,
benarkan?
Buat bukti, saya lampirkan ini: